Eron terlihat sangat panik, wajahnya seputih kapas dengan tangan gemetar. Dia berusaha mempertahankan kecepatannya mengemudi. Ashana terus saja mengaduh, ringisannya terdengar cukup kencang di telinga Eron yang membuat degup jantung pria itu benar-benar menjadi tak beraturan. “Eron! Lebih cepat bisa enggak sih! Tante sudah kesakitan ini!!!” geram Illiana mengusap tangan tantenya yang meremas tangannya kuat. “I-ini juga sudah paling cepat,” ucapnya gugup. Illiana menoleh pada Ashana yang memberi kode untuk menggantikan Eron mengemudi. “Menepi! Sekarang!!!” ujar Illiana. “Mbak Illiana mau apa?” tanya Eron yang memang sejak awal memanggil Illiana dengan panggilan Mbak, padahal mereka hampir seusia. “SEKARANG!!!” jerit Illiana membuat Ashana menatapnya dengan pandangan aneh. Tak per