Enam Puluh Sembilan

1784 Kata

Madisson sarapan bersama istrinya juga Rafael, mereka terlihat larut dalam menikmati sarapan tersebut, tak ada sepatah katapun terucap seolah semuanya sedang hanyut dalam pikiran masing-masing. Madisson tersedak, kedua orang itu menatapnya. Lula segera memberinya air minum. “Pelan-pelan makannya,” ucap Lula, Madisson mengucap terima kasih dan meletakkan gelas itu. “Sudah tua, tenggorokannya sudah sering kering. Wajar. Tapi setidaknya jika pergi sekarang, sudah lebih tenang, ada Kalingga yang bisa meneruskan perusahaan,” tutur Madisson tanpa melirik sedikit pun ke arah Rafael yang menggenggam sendoknya dengan cukup kencang. Lula melihat ke arah Rafael yang rahangnya sudah mengeras, dia hanya menunduk tak bisa berbuat apa-apa. “Kamu kapan ke luar dari rumah ini? Bukankah rumah yang o

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN