Kesibukannya di kantor cukup padat, meluangkan waktu untuk anak dan istri sampai terbengkalai. Setiap kali berangkat kerja maupun pulang dari kantor selalu menemukan anaknya yang sudah terlelap. Entah kapan bisa memberikan waktu yang baik untuk sekadar bersama dengan anaknya. Semakin hari kesibukan semakin menyiksanya tanpa ada ampun. Suatu hal yang pernah dia inginkan terjadi. Reyhan pernah berharap bahwa dia sibuk dengan pekerjaannya, bukan dengan wanita seperti dulu lagi. Ketika doanya terkabul, waktunya dirampas oleh pekerjaan. Rela untuk pulang larut malam demi menyelesaikan semuanya agar bisa memiliki waktu yang tepat bersama sang anak. Tapi semuanya sia-sia. Justru kesibukannya itu tidak berkurang. setelah selesai dengan kesibukan yang satu, maka datang lagi pekerjaan yang lain sa