Aku tidak menyangka, setelah kami menikah ternyata Gilang langsung membawaku pindah ke rumah miliknya. Dia bilang rumah itu sudah lama ia beli untuk persiapan saat ia sudah berkeluarga. Gilang pernah mengatakan ingin melihat anak-anaknya kelak tumbuh di rumah itu. Aku tidak mau besar kepala dulu. Sebab, pernikahan kami ini serba mendadak dan tanpa ada ikatan perasaan cinta seperti layaknya sebuah hubungan. Rumahnya tidak sebesar rumah mertuaku. Hanya satu lantai. Namun cukup luas untuk keluarga kecil yang baru menikah. Aku membereskan semua pakaianku dari koper. Rumah ini ada 3 kamar. Begitu sampai, aku langsung menyerbu kamar-kamar itu. Barangkali ada kamar yang nyaman untukku. Dan pilihanku jatuh pada kamar kedua di rumah ini. Sebetulnya aku ingin kamar utama. Hanya saja, aku tidak