Gilang benar-benar memakanku habis-habisan. Sampai lelah aku menghadapinya. Dia seperti suami yang gak dikasih jatah berbulan-bulan sama istrinya. Bahkan adzan subuh berkumandang pun badanku terasa lemas sekali. Mataku masih ngantuk berat. Sebelum ini aku sempat berpikir untuk menolak keinginan Gilang padaku. Apalagi setiap dia menyentuhku maka bayangan Helen seolah meracuni otakku dan membuatku berpikir bahwa Gilang pasti juga melakukan hal sama dengan Helen dan itu sukses membuat perutku sedikit mual. Aku merasa rendah dan tidak berharga. Pikiran sialan yang menghantuiku, membuat kesimpulan bahwa aku ini hanyalah pemuas nafsunya semata sedang hati Gilang hanya milik Helen. Ya, cinta pertamanya. Tapi meski aku bukan orang alim, aku cukup tahu bahwa menolak ajakan suami di ranjang akan m