menikahlah denganku

1267 Kata
"Itu bukan masa lalu, itu masih masa kemarin. Aku tidak akan melupakan masa lalu itu, kalo bisa, aku ingin mengulanginya lagi," ujar Arkan yang langsung membungkam mulut Nana dengan rakus, tanpa menjeda nya. "Emm.. Emm," Nana mencoba mendorong d**a Arkan, namun Arkan masih tetap tidak ingin melepaskannya. Karena Nana mulai kelelahan, akhirnya Nana memilih diam saja, dengan posisi tangan masih berada di d**a Arkan. Arkan melepaskan tautan bibirnya, saat merasa Nana hanya diam saja. "Menikahlah denganku," ujar Arkan pelan, sambil mengelap bibir Nana yang mulai bengkak karena lumayan kasarnya. Nana yang mendengar ajakan Arkan secara tiba-tiba, sangat terkejut, bahkan pikiran Nana mulai tidak lancar saat mendengar ajakan Arkan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. "Om gila ya, kita hanya atasan dan bawahan, tidak sepantasnya Om mengajak saya menikah." Ujar Anna yang langsung mendorong keras d**a Arkan, hingga Arkan mundur beberapa langkah ke belakang. "Tidak pantasnya dari mana?" Tanya Arkan dengan mengangkat kedua tangannya "Om sadar tidak, aku hanya OG disini, sedangkan Om. Hahaha, kalo di bandingkan, bagaikan langit dan bumi, jadi sangat tidak pantas." Jawab Nana dengan tawa renyahnya. "Dengar, aku hanya ingin bertanggung jawab, atas apa yang pernah aku lakukan waktu itu, dan selain itu, aku juga menginginkanmu." Ujar Arkan tegas. Nana terkejut mendengar pengakuan Arkan, namun Nana tidak begitu mudahnya percaya dengan pengakuan Arkan, yang katanya menginginkan Nana. "Terima Kasih karena pernah merasakan menginginkan saya. Tapi maaf, saya tidak bisa." Ujar Nana tegas. Nana langsung berdiri dan melangkah untuk segera keluar dari ruangan tuannya. Tapi sayang, hingga beberapa kali Nana memutar handle pintu, pintu belum juga terbuka. Arkan yang melihat Nana kesusahan membuka pintu, langsung berdiri dan mendekati Nana, lalu melingkarkan tangannya di perut Nana. "Aku sudah menguncinya." Bisik Arkan telat di daun telinga Nana "Om, buka. Pekerjaan ku banyak." Pinta Nana sambil berusaha melepaskan tangan Arkan yang melingkar erat di perutnya. "Kamu menolak ku karena status kita?" Tanya Arkan pelan. Nana tidak menjawab, hatinya dag dig dug tidak karuan, apalagi posisinya saat ini benar-benar membuatnya gerah. "Aku akan tetap berusaha untuk membuatmu menjadi milikku, apapun caranya aku akan memaksamu." Ujar Arkan lagi "Aku tidak mau orang kantor menganggap ku w*************a, aku yakin, mereka akan mengira ku hanya karena sebuah pekerjaan, aku melempar tubuhku untuk menggoda Om, meski kenyataannya, tanpa mereka katakan, aku memang w************n yang sudah tidak suci lagi." Ujar Nana dengan hati yang terasa sesak saat mengucapkan kalimat itu. "Kesucianmu aku yang menikmatinya. Kita bisa menyembunyikan hubungan kita dari mereka, asal kita bisa bersama." Ujar Arkan lembut, bahkan sangat menggetarkan hati Nana. Nana bingung, bahkan sangat bingung. Dirinya tidak memiliki perasaan apapun dengan Arkan, tapi Arkan memaksa agar dirinya menerima Arkan. "Kalo kamu masih tetap menolak ku, aku tidak segan-segan mengatakan pada seluruh orang kantor, kalo kamu sudah pernah menjadi penghangat ranjangku, bahkan tidak hanya orang kantor, nenekmu juga akan kuberi tahu." Ujar Arkan dengan penuh ancaman, namun tidak melepaskan tangannya yang masih memeluk Nana. Nana langsung berkeringat dingin saat mendengar ancaman Arkan, apalagi saat mendengar Arkan menyebut kata nenek. "Hanya kamu yang berhasil membangkitkan gairahku," ujar Arkan yang mulai menyusuri leher jenjang Nana. Nana memejamkan matanya saat merasakan gelenyar aneh di tubuhnya. "Apa sebegitu murahan aku di mata Om?" Tanya Nana dengan nafas yang mulai tersengal karena Arkan berusaha memancing hasratnya. "Aku lebih suka kamu menjadi w************n, tapi itu hanya pada ku, bukan seluruh pria. Kalo boleh aku meminta, aku ingin kamu bersikap agresif padaku. Ingat, hanya padaku." Ujar Arkan, lalu sedikit menggigit bahu Nana yang sedikit tersingkap. Nana yang mendengar pengakuan Arkan , sedikit bingung, antara percaya dan tidak percaya. Arkan mulai memutar tubuh Nana menghadap nya, dan menatap manik mata Nana yang begitu terlihat sexi dimata Arkan. "Kita bisa menjalani hubungan tanpa ada yang tahu, siapapun itu." Ujar Arkan penuh keyakinan. Dengan ragu-ragu, Nana mengangguk menyetujuinya. Nana menyetujui permintaan Arkan, karena Nana takut dengan ancaman Arkan, selain takut pada ancaman Arkan, Nana juga takut kehilangan pekerjaannya, dan membuat sahabatnya kecewa, bahkan tidak hanya sahabatnya yang kecewa, neneknya juga akan merasa kecewa, karena doa nenek nya adalah, pekerjaan Nana ini, berharap menjadi pekerja terakhirnya. "Benar kamu menyetujuinya?" Tanya Arkan dengan wajah bahagianya. Nana mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyumnya. Arkan kembali memeluk Nana dengan erat, dan mencium pipi Nana hingga berkali-kali. "Terima Kasih, terimakasih. Aku janji, aku akan merahasiakan hubungan kita dari siapapun." Ujar Arkan tegas, lalu kembali mencium pipi Nana, hingga berulang kali. "Om, aku keluar dulu ya, takut kak Sinta curiga." Ujar Nana yang di balas dengan senyuman oleh Arkan. Arkan langsung menunduk dan menyentuh bibirnya, meminta agar Nana memberinya kecupan sebelum keluar dari ruangannya. Nana mendekatinya, dan langsung mengecup nya dengan singkat. Nana keluar dari ruangan Arkan, dengan sedikit memenangkan penampilan. Arkan senyum-senyum sendiri saat mendapat kecupan singkat dari Nana, ini pertama kalinya Nana mengecup bibirnya tanpa paksaan. Arkan kembali melanjutkan pekerjaannya, sebenarnya, Arkan meminta Nana membawakan kopi untuk dirinya, bukan karena dirinya benar-benar menginginkan kopi, Arkan hanya ingin meminta Nana menyetujui usulan hubungan diam-diam nya. Arkan juga sengaja memberi Nana ancaman dengan menyebarkan kejadian tentang malam panasnya, karena Arkan melihat ketakutan dari Nana, yang jelas meyakinkan Arkan, kalo Nana akan setuju karena takut dengan ancaman. Ternyata dugaan Arkan benar, Nana menyetujuinya karena takut dengan ancamannya. Setelah Nana sampai di party, Nana mulai gelisah, Nana takut sahabatnya tahu, kalau dirinya sedang ada main dengan bos nya. Nana yakin, kalo Dinda tahu, Dinda pasti akan menolak keras hubungannya, apalagi antara Nana dan Arkan umurnya terpaut jauh. Nana berharap, semoga Dinda tidak mengetahui hubungannya dengan sang bos. "Hei! Bengong aja, kenapa?" Tanya Sinta mengagetkan Nana. Nana langsung menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, setelah reda dari rasa terkejut nya. "Kak, Sinta. Ngagetin aja." Ujar Nana pelan "Kenapa bengong sendirian? Kurang nyaman dengan pekerjaanmu, atau ada masalah dengan tuan muda?" Tanya Sinta, yang sialnya tebak Sinta yang terakhir tepat sasaran. "Enggak kok Kak, aku senang dengan pekerjaan ini, aku hanya kepikiran dengan nenek saja dirumah, sendirian." Ujar Nana berbohong. "Kalo gitu, nanti aku izinkan pulang cepat, biar aku yang ngasih tau tuan muda," ujar Sinta serius, namun tidak membuat Nana senang, justru malah semakin terlihat gelisah. "Jangan Kak! Tidak perlu, aku tidak apa-apa kok." Ujar Nana cepat, membuat Sinta semakin bingung dengan sikap Nana. "Ya Sudah. Tapi ingat, kalo kamu ingin pulang cepat, kamu bisa katakan langsung sama kakak," ujar Sinta. Nana menghela nafasnya lega, saat Sinta tidak lagi memaksa dirinya untuk pulang cepat. Tepat pada jam makan siang, Nana langsung membawa makan siang tuan mudanya ke ruangannya. Nana juga sudah diberitahu, jika pekerjaan dirinya menetap sebagai Office Gir, jadi Nana langsung membawa makan siang Arkan, tanpa dimintai terlebih dahulu. Tok tok tok "Masuk!" Sahut Arkan dari dalam. Arkan langsung berdiri dari kursi kebesaran nya, saat melihat siapa yang datang. "Good afternoon Baby!" Sapa Arkan lembut, sambil merentangkan tangannya meminta Nana memeluknya. Nana meletakkan nampan di atas meja, lalu mendekati Arkan dengan ragu-ragu, dan memeluk Arkan. Arkan dengan senangnya memeluk Nana erat. "Entah apa yang membuatku jadi tergila-gila sama kamu, tapi yang jelas, aku benar-benar tidak bisa konsentrasi bekerja karena kamu." Ujar Arkan lembut, sambil menatap manik mata cantik Nana dengan dalam. "Om kayak anak remaja aja, pake ngomong gombal," ujar Nana dengan membalas tatapan Arkan. "No, Beby. Aku tidak menurut anak remaja atau apalah terserah kamu, ini murni dari hatiku, aku sudah lama mencari mu, dan aku baru menemukanmu saat ini." Ujar Arkan yang langsung melumat bibir Nana dengan rakus. Nana membalas lumatan Arkan dengan kakunya, maklum, Nana tidak pernah melakukan hal begituan dengan siapapun. Tangan Arkan mulai tak terkendalikan, meraba seluruh Nana dengan sensual. "Aku menginginkanmu, sangat. Aku sudah tidak bisa lagi menahannya.." ujar Arkan yang langsung menggendong tubuh Nana kedalam kamar pribadinya. "Aku ingin makan siang berbeda hari ini,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN