“Matt,” panggil Katerina lembut, suaranya nyaris tenggelam di antara denting jam dinding dan dengung lampu di ruang kerja yang sepi. Matteo tidak menjawab. Tatapannya menembus ruang, kosong namun dalam, seolah pikirannya sedang melayang entah ke mana, menelusuri setiap kemungkinan yang bisa membawanya kembali pada Ophelia. Katerina perlahan mendekat. Satu tangannya terangkat, berusaha menyentuh d**a Matteo, seolah melalui sentuhan itu ia bisa menenangkan badai yang tengah berkecamuk di hati pria itu. Namun sebelum jarinya sempat menyentuh kulit Matteo, tangan pria itu lebih dulu bergerak, menangkap jemari Katerina dengan lembut. Pegangannya tidak keras, namun cukup kuat untuk menghentikan gerakan perempuan itu. Matteo menatapnya, tersenyum tipis. Senyum yang penuh kesopanan, tapi juga j

