Dom memang pelan-pelan ketika melucuti pakaian Amanda tapi ciumannya sama sekali tidak berangsur pelan, dia panas, b*******h dan penuh stamina untuk mendesak wanitanya ke dinding kaca. Napas lelaki itu seperti ikut beruap panas ketika menyapu kulit leher Amanda dengan deru kasar. Rahangnya juga terasa kasar, sedang basah menetes-netes tapi panas seperti magma, kombinasi yang rumit untuk bisa dihimpun dalam deskripsi yang tepat. Hanya dengan sentuhan tangannya saja sudah seperti uji nyali yang mendebarkan. Dom tidak sama, dia berubah, tapi Amanda masih belum bisa menyimpulkan dengan benar. Amanda tergolek pasrah untuk dijamah, buah dadanya yang sudah tidak berpenyangga diremas gemas hingga membuat barisan gigi serasa ikut menggigil ngilu. "Oh ... Evan ...." Napas Amanda tersendat pilu oleh

