Rizky POV “Ran... Kamu dan Samudra harus ikut aku ke Medan,” kataku dengan napas terburu. “Kita harus susun langkah secepatnya, sebelum si Amran sial-an itu bawa pengacara dan menuntut Samudra sebagai anaknya.” Samuel berdiri di sampingku, ekspresinya dingin dan penuh kontrol. “Iya. Aku setuju. Kita harus segera bertemu tim hukum untuk mempersiapkan strategi yang tepat, agar si Amran itu nggak punya celah sedikit pun untuk menyentuh Samudra. Orang jahat seperti dia... cuma bisa dilawan dengan strategi yang rapi dan terstruktur.” Rania tampak gemetar. Wajahnya pucat, antara lelah, takut, dan masih menahan emosi yang belum tuntas. Aku menggenggam tangannya erat. Kukirimkan lewat sentuhan itu sebuah janji “Ran... kamu nggak sendiri. Aku di sini. Aku nggak akan biarkan Samudra disentuh ole

