Rizky POV Aku melihat Rania menggigit bibirnya perlahan, dan di matanya, kulihat cahaya kecil yang meredup… Kecewa yang tak sempat ia sembunyikan. ‘Tuhan…Aku benar-benar bodoh. Tidak peka’. Dan aku marah pada diriku sendiri, karena tidak membaca luka kecil di matanya. Aku tahu betul, perempuan sepertinya tak akan mengatakan dengan jelas bahwa ia merasa ditolak. Tapi aku melihatnya, samar namun nyata bahwa dirinya terluka. Bahwa ia merasa tidak cukup berharga untuk diinginkan oleh laki-laki yang telah dua puluh tahun tidur di sisinya. Tanpa pikir panjang, aku menarik tubuhnya dalam pelukanku. Kulekatkan keningku ke kepalanya, lalu kucium ubun-ubunnya dengan lembut… penuh cinta dan penyesalan yang tak terucap. “Ran… Maafkan aku. Jangan merasa sedih, ya?” bisikku pelan. Suaraku gemetar

