Rania POV Aku terhuyung masuk ke sebuah gudang tua. Dorongan keras dari si muka baret, membuat tubuhku hampir jatuh mencium lantai beton yang dingin dan berdebu. Napasku memburu, bukan karena takut, tapi karena lelah. Sudah berjam-jam aku digiring dalam mobil berplat palsu, tanpa tahu pasti aku sedang dibawa ke mana. Aku baru beberapa bulan tinggal di kota Medan. Jalanannya masih asing bagiku , nama daerah pun belum akrab di telingaku. Tapi firasatku mengatakan , ini sudah jauh dari kota. Mungkin kami berada di pinggiran atau bahkan luar kota. Pintu besi itu berderit ketika ditutup, lalu suara kunci berputar terdengar jelas. Anton menyalakan sebatang rokok, asapnya menggantung di udara seperti ancaman yang belum selesai. “Duduk. Jangan coba-coba melarikan diri atau berteriak. Amran aka

