Rizky POV Menerima amplop dari utusan Amran di pos satpam membuat wajah Samuel berubah tegang seketika. Entah apa isi surat itu, tapi jelas ekspresinya menunjukkan bahwa apa pun yang tertulis di dalamnya bukan hal yang membuat Samuel merasa senang. Aku memilih diam. Tak bertanya apa-apa, hanya menatapnya sekilas sebelum memutuskan akan bicara empat mata nanti, setelah kami tiba di rumah. Di sepanjang perjalanan menuju rumah yang tinggal beberapa saat, suasana hening. Rania duduk diam di kursi belakang, wajahnya dipenuhi rasa bersalah. Sementara Amelia tampak lebih tenang, meskipun aku tahu dari sorot matanya, dia mencemaskan Samuel yang sejak tadi hanya menatap jalanan dengan rahang mengeras dan bibir tertarik datar. Begitu kami masuk rumah, aku langsung memanggilnya pelan. “Sam... Pap

