David POV
Aku memandang wajah ganteng familiar yang balas menatapku dengan binggung. Wajah ganteng milik Ricky, adik kelasku di fakultas kedokteran dulu. Dokter berprestasi yang dikira meninggal dalam tragedy tsunami dua puluh tahun lalu padahal saat itu dia masih pengantin baru dan baru menginjakkan kakinya di tanah Aceh bersama istri tercintanya Amelia untuk mengabdi sebagai dokter. Tapi takdir kejam telah memisahkan mereka, Ricky tersapu ombak, diperkirakan meninggal, membuat Amelia menjadi istri tanpa suami tepat dua hari setelah pernikahan mereka.
Tapi sekarang, lelaki yang tampak menatapku dengan binggung ini, berwajah persis sama dengan Ricky, bahkan namanya saja juga sama Muhammad Rizky hanya lebih kurus dan lebih hitam. Apakah dia benar adalah Ricky atau ini hanya kebetulan saja. Tadi saat pertama aku melihatnya saat visit, aku sudah terkejut dan langsung kembali ke kantorku untuk menelepon Amelia, menceritakan padanya tentang aku bertemu seseorang yang mirip Ricky, aku hanya sempat menyebutkan nama Ricky tanpa sempat menjelaskan apa-apa hubungan telepon itu terputus karena signal yang kurang bagus. Saat aku menelepon Amelia untuk kedua kalinya setelah signal lebih kuat, baru aku jelaskan kepadanya. Dia tentu saja tidak percaya, dan nada sedihnya mengatakan, mengapa Ricky tidak kembali kalau dia masih hidup. Aku berkata padanya mungkin Ricky Amnesia, dan sebelum kami berbicara lebih lanjut, panggilan dari suster yang memberitahu kalau pasien sudah sadar , membuatku berlari ke ruangan perawatan pasien yang berwajah sama seperti Ricky ini dan sekarang di sinilah aku, memandang Ricky dengan seksama dan dia juga memandangku dengan binggung.
Aku memutuskan untuk melakukan tugasku secara professional dulu, tidak langsung bertanya tentang apakah dia adalah Ricky, adik kelasku dulu . Aku tidak ingin dia jadi tambah binggung, aku harus memprioritaskan lukanya saat ini, aku harus mendiagnosanya sesuai sakit yang terjadi saat dia di bawa ke rumah sakit, bukan sakit dari masa lalunya.
“ Apa yang anda rasakan Pak?” Tanyaku, mengeluarkan stetoskospku untuk memeriksanya
“ Kepalaku pusing” Katanya lemah
“ Anda tertabrak di bagian kepala yang sudah di jahit saat anda di IGD, nanti anda akan dijadwalkan untuk CT Scan. Setelah itu baru akan kita ketahui apakah ada luka dalam kepala anda. Dokter neurologis akan menangani anda saat itu. Sebelumnya perkenalkan saya Dokter David,”
Pasien ini hanya mengangguk, tetap kelihatan binggung, dia menatapku dalam-dalam seolah ingin membuat otaknya mengingat.
Aku mencatat cepat di berkas medisnya dan mengulang sekali lagi penjelasanku lebih detail “ Apakah anda masih merasa pusing atau sakit kepala saat ini?
Ia menggeleng pelan, wajahnya masih penuh kebingungan.
“Apa Anda mengenali saya?” tanyaku, sengaja menguji memori jangka panjangnya.
Ia mengerutkan kening. Lama.
"Aku merasa... wajahmu familiar. Tapi... aku tidak ingat siapa kamu." Katanya pelan dan lirih.
Aku menahan napas, pertanda yang jelas bahwa ada gangguan pada memorinya.
Sebenarnya aku ingin bertanya lebih lanjut, tapi pintu ruang perawatan terbuka dan terlihat wajah manis seorang wanita memasuki ruangan itu bersama anak lelaki dengan raut wajah ganteng dan badan tegap nan gagah , dia menggunakan seragam SMA. Mereka pasti keluarga yang membawa lelaki ini ke rumah sakit.
Aku menyapa mereka “ Saya dokter David. Anda apakah wali dari pihak pasien? Bisa ceritakan kronologis kejadiannya ”
Wanita itu mengangguk “ Namaku Rania dan ini anakku Samudra” Kata wanita itu. Aku sedikit heran dia tidak mengenalkan dirinya sebagai istri dari pasien ini, langsung saja mengenalkan namanya, pasti dia berpikiran aku sudah tahu. Aku ingin bertanya apa hubungan mereka tapi sebelum aku bertanya, anak muda gagah itu duluan bertanya dengan nada khawatir
“ Bagaimana kondisi ayah saya , dok?”
Dia anaknya dan pertanyaanku terjawab, wanita manis ini istri pasien.
“Ayahmu baru saja terbangun, tapi dia masih binggung, kita akan menunggu dokter neurologis untuk melakukan CT Scan dulu untuk penjelasan lebih lanjut. Bagaimana kejadiannya sampai ayahmu bisa tertabrak dan apakah dia langsung hilang kesadaran saat itu, atau bagaimana? Biar nanti saya bisa jelaskan kepada dokter neurologis agar dia bisa menegakkan diagnosa yang tepat”
“Kata Ibu, saat itu ayah sedang berjalan di pematang sawah untuk menjemput ibu, dan ayah tertabrak motor yang melaju kencang, ayah tidak sempat menghindar, karena ayah berjalan harus menggunakan kruk, kaki ayah pernah patah saat tsunami menerjang. Saat kejadiaan tertabrak, ayah sempat tidak sadar sebentar, tapi kemudian sadar dan mengeluh sakit kepala hebat. Jadi aku memutuskan membawa ayah ke rumah sakit, karena sakit kepalanya tidak mereda meskipun uda makan obat sakit kepala, darah juga terus mengucur dari kepala ayah . Dan saya memaksa membawa ayah ke rumah sakit ini, Tentu kejadian setelahnya dokter bisa baca dari laporan” Kata Anak muda ini tegas dan runtun, dia pemuda yang sangat pintar.
“ Baiklah, jadi pertama yang harus kita obati adalah keadaan sakit kepala ayah anda, Setelah CT Scan kepala, baru kita rencanakan penanganan selanjutnya . Kita harus pastikan dulu kondisi intrakranialnya stabil , berhubung saya bukan dokter neurologis, kita harus menunggu dokter yang bersangkutan untuk hadir. Untuk masalah kaki patah yang tidak diobati dengan benar, karena saat kejadian mungkin akses kesehatan tidak mumpuni, nanti kalau anda bersedia akan kita tindak lanjuti setelah masalah sakit kepala terselesaikan.”
“ Ya, aku setuju dok, setelah masalah kepala terselesaikan baru kita sembuhkan kaki ayah saya, agar dia bisa berjalan tanpa kruk. Aku memang sudah ngomong ke ayah agar bisa mengobati kakinya, selama ini ayah selalu bilang nggak usah, karena dia tidak mau menyusahkan ibu atau menyusahkan aku. Ini di bawa ke rumah sakit aja, ayah menolak. Katanya tidak usah, karena dia yakin sakit kepalanya akan sembuh, dan kepalanya yang berdarah, cukup diperban, tapi aku terus memaksa baru ayah mau.” Kata anak muda itu sambil mendekati ayahnya, menepuk bahunya dengan penuh kasih sayang.
Namun tiba-tiba...
Pria di ranjang itu , pria yang mungkin adalah Ricky , wajahnya memucat. Matanya membelalak, panik. Ia mendorong Samudra menjauh.
“SIAPA KAMU?!” bentaknya, suaranya menggema di ruangan.
Matanya bergerak liar, penuh ketakutan dan dia berteriak
“Aku... aku baru menikah dengan Amelia! Kami baru sampai Aceh! Kenapa kamu panggil aku ayah?! Mana Ameliaku?! Di mana Amelia?! Apakah dia... apakah dia tenggelam... terbawa ombak besar ..?!"
Aku membeku.
Samudra mematung.
Rania menutup mulutnya menahan isak.
Hening panjang menguasai ruangan.
Aku menatap pasien itu dengan nadi berdegup kencang.
Satu kalimat menghantam pikiranku dengan keras:
Apakah pria ini benar-benar Ricky...? Ricky adik kelasku dulu?
Dan... apakah pikirannya kini terperangkap di masa dua puluh tahun yang lalu? Masa saat dia dihantam gelombang tsunami dan berpisah dengan istri tercintanya, Amelia.