Matahari masih baru saja muncul tapi sudah terasa terik saat Lady Annelies berniat untuk mengunjungi kediaman bibi Lorna. Langkahnya terhenti saat melihat Jeremy Winston sedang berkuda berputar-putar, memacu kudanya dengan keras mengelilingi halaman, entah apa yang sedang di lakukan pemuda itu . Sang Lady sudah berniat mengabaikannya saat tiba-tiba Jeremy justru berhenti untuk menghampirinya.
Nafas Jeremy masih terengah dengan keringat bercucuran yang membuat ikal rambutnya ikut sedikit basah dan jatuh ke dahi, sepertinya pemuda itu sengaja berolahraga di pagi hari untuk mengusir gejala flunya. Lady Annelies memperhatikan kulitnya yang agak kemerahan setelah cukup berkeringat, kemeja tipis yang dibiarkan Jeremy sedikit terbuka membuat Lady Annelies segera berpaling membuang muka. Karena dia sadar, sangat tidak sopan untuk melihat tubuh pria seperti itu, apa lagi Jeremy Winston justru sama sekali tidak terlihat lebih buruk dengan kondisinya seperti itu. Bukannya Jeremy tidak menyadari kekikukan tiba-tiba sang Lady, tapi sepertinya dia lebih tertarik untuk memperhatikan keranjang makanan yang sedang di bawa sang Lady.
"Apa anda akan pergi?"
"Hanya mengunjungi seorang teman," jawaban itu masih terdengar acuh karena Anne masih sama sekali tidak mau menatap Jeremy dan lebih senang berpura-pura silau dengan menutupi sebagian sisi wajahnya dari sengatan matahari.
"Jangan pergi terlalu jauh, aku hanya sekedar mengingatkan Anda, Lady."
Lady Annelies agak terkejut dan akhirnya tidak tahan untuk tidak menoleh Jeremy yang masih bertengger di ataskuda, Anne kembali mengoreksi meski jujur dirinya masih agak terganggu dengan tampilan otot-otot liat pemuda itu yang terlihat semakin tegas akibat sebagian kemejanya yang sudah basah dengan keringat.
"Sebaiknya perhatikan saja kesehatan Anda, karena sepertinya debu peternakan tidak cocok untuk Anda, Tuanku."
Jeremy berusaha menertawakan dirinya sendiri yang mungkin nampak begitu payah.
"Kenapa Anda tidak minta di temani, Lady?"
"Sepertinya Anda menghawatirkan gadis yang salah."
Setau Jeremy para Lady biasanya memang selalu ditemani pelayan kemanapun mereka pergi.
"Paling tidak Anda tidak perlu membawa keranjang Anda sendiri, Lady."
"Sebaiknya lanjutkan saja kegiatan Anda, karena saya harus segera pergi."
Jeremy diam sebentar untuk menilai keseriusan sang Lady yang begitu terang-terangan menyudahi obrolan.
Lady Annelies sudah mengabaikannya dan berjalan menuju istal untuk mengambil kuda. Jeremy masih memperhatikan sampai beberapa saat, hingga seorang pemuda menegurnya.
"Apa ada yang perlu saya bantu, Tuanku?"
Sepertinya putra Ethan Harris itu baru keluar dari rumahnya dan sudah lengkap dengan pakaian berkuda dan topi lebar. Pemuda tinggi berkulit coklat itu memang memiliki tampilan yang sempurna sebagai seorang koboy yang tangguh.
"Kenapa Lady Annelies pergi seorang diri? " tanya Jeremy.
"Oh, dia hanya pergi ke rumah bibi Lorna."
"Siapa bibi Lorna?"
"Ibu dari paman Noah, kepala pekerja yang kemarin sempat kuperkenalkan pada Anda, Tuan."
"Keluarga Gipsy? " tebak Jeremy dengan petranyaannya.
Nathan mengangguk membenarkan, tapi entah kenapa Jeremy kurang suka mendengar sang Lady mengunjungi keluarga Gipsy.
"Bibi Lorna dulu pengasuh kami, Anda tidak perlu khawatir, Tuan."
Jeremy terlihat lega mendengarnya, dan bukannya Nathan tidak tau jika tuan mudanya itu memiliki perhatian khusus pada sepupunya.
"Apa rumah mereka jauh? "
"Tidak jauh dari rumah bedeng, sejak suaminya meninggal bibi Lorna tinggal bersama paman Noah."
Sepertinya Jeremy tau di mana tempat tinggal kepala pekerja itu.
"Apa kau akan ke perkebunan? "
"Ya, aku perlu mengecek para pekerja," Ethan memang menyerahkan semua tugasnya di Estate Harrington pada putranya karena dia sendiri sudah terlalu sibuk mengurusi bisnis kuda pacuan keluarganya.
Nathan sempat berpamitan kepada Jeremy sebelum pemuda itu mengambil kudanya di istal. Jeremy pun segera kembali kedalam rumah untuk membersihkan diri.
"Sepertinya Anda nampak lebih baik, Tuanku" sambut Albert yang baru saja memberikan handuk untuk mengelap keringat basah tuan nya.
"Sudah kusuruh pelayan menyiapkan air hangat jika Anda ingin mandi, karena Lord Richard sudah menunggu Anda untuk sarapan."
"Terima kasih, Paman."
"Anda tidak perlu mengucapkannya, Tuanku."
Sepertinya Jeremy memang harus selalu di ingatkan bahwa tidak perlu mengucapkan terima kasih pada pelayan.
Saat Jeremy turun, Lord Richard memang sudah menunggu dan langsung meletakkan surat kabar yang sedang di bacanya.
"Kau nampak lebih sehat, Nak," koreksi sang kakek.
"Aku hanya perlu sedikit keringat untuk mengatasinya," Jeremy mengambil tempat duduk di dekat kakeknya.
Setelah kepergian William Lord Richard memang sering merasa kesepian tapi sejak kehadiran cucu laki-lakinya ini dia pun mulai terlihat lebih sering tersenyum lagi.Itulah kenapa sepertinya Jeremy juga tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak mencintain pria tua itu.
"Apa kau suka tinggal di Estate? "
Jeremy hanya coba tersenyum, karena sepertinya memang baru kali ini sang kakek benar-benar menanyakan hal itu.
"Apa kakek sudah bosan denganku? " canda Jeremy.
"Oh, jangan pernah mengharapkan itu, Nak," tawa sang kakek mulai pecah tiap kali anak muda itu mulai bicara sembarangan.
Kadang sesekali waktu Edward juga mengunjunginya tapi cucu tertuanya itu memang tidak memiliki selera humor seperti adik laki-lakinya yang luarbiasa.
"Kenapa kakek memperkerjakan para Gipsy? " hal itu memang membuat Jeremy penasaran melihat bagaimana bangsawan lain lebih suka mengabaikan mereka.
"Mereka juga berhak mendapat kepercayaan."
Sepertinya jawaban singkat itu cukup membuat Jeremy mengerti, tak heran para Gipsy begitu loyal kepada keluarganya.
"Kudengar George ingin kau mulai mengurus bisnis perkeretaapian? "
"Mungkin aku akan coba mengambil alih sebagian proyek pembangunan rel baja di Selatan."
"Aku yakin kau mampu, Nak."
"Aku perlu mempelajarinya dulu."
Beberapa pelayan sudah selesai menyiapkan menu sarapan pagi mereka berdua.
"Apa rencanamu hari ini ? " tanya sang kakek di sela sarapan paginya.
"Mungkin aku akan berkeliling sebentar."
"Kuharap kau lebih menyukai estate."
"Nanti akan tetap ku usahakan untuk lebih sering berkunjung,"
Jeremy paham dengan kakeknya yang kesepian.
*****
Jeremy sedang berkuda mengikuti jalanan tanah menuju ladang, meski cuaca sudah mulai mendung tapi hujan belum juga mau turun menjelang akhir musim gugur ini. Jalanan tanah adalah sumber debu yang sebenarnya harus dia hindari, tapi siapa yang mau harus terkurung di dalam rumah seharian. Jeremy berniat untuk menyusul Natthan Haris yang tadi juga sempat menawarinya untuk bergabung.
Jeremy memacu kudanya pelahan karena tidak ingin menciptakan debu terlalu banyak, dia sedang melewati jalanan tanah yang di naungi ranting-ranting pohon mapel di mana sebagian daunya sudah mulai habis berguguran. Saat itulah Jeremy melihat tiga orang Gipsy sedang berhenti di bawah pohon mapel tua tak jauh dari persimpangan menuju rumah bedeng.
Jeremy memutuskan untuk berhenti menghampiri mereka.
Gipsy itu menyapanya lebih dulu dan memberi salam hormat .
"Siapa namamu? " tanya Jeremy begitu mengenali Gipsy bertubuh besar yang sempat ditemuinya di hutan bersama Lady Annelies beberapa hari lalu.
"Saya Logan Maugham, Tuanku, dan mereka berdua saudaraku," jawab gipsy itu sambil memperkenalkan kedua pria di sampingnya.
"Apa yang sedang kalian kerjakan?"
Jeremy heran melihat gerobak kosong yang sedang mereka bawa, dan sepertinya pertanyaan nya juga mengejutkan ketiga Gipsy bersaudara itu.
"Kami akan pergi ke lumbung, Tuanku," jawab pria yang lebih muda terburu-buru.
"Ya, kami harus mengambil persediaan gandum untuk pekerja," sambung yang lainnya kemudian.
Jeremy memilih diam bukan berarti pemuda itu tidak menyadari kegugupan ketiga pria tersebut.
"Baiklah kami permisi, Tuan."
Mereka segera kembali menjalankan gerobak mereka, sementara Jeremy masih menatap mereka dari atas kudanya sampai ketiga Gipsy itu menghilang di tikungan jalan.
"Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan? "
Jeremy terkejut mendapati Lady Annelies tiba-tiba sudah berada di depannya.
"Apa Anda sudah mau pulang, Lady? "
"Ya, asal Anda mau sedikit minggir untuk memberi saya sedikit jalan."
"Oh, maaf," Jeremy baru sadar jika kuda hitam besar itu menghabiskan badan jalan.
"Apa Anda selalu melalui jalan yang sama? " tanya Jeremy tiba-tiba.
"Anda pikir ada berapa jalan di estate Anda, Tuan?"
"Bukan seperti itu maksudku," tiba-tiba Jeremi bingung untuk mengungkapkan kecemasan nya, entah dari mana dia bisa berpikir mungkin saja para Gipsy tadi memang sengaja menunggu sang Lady.
"Lain kali mintalah untuk di temani."
"Tolong jangan menghalangi jalanku, Tuan," sepertinya Annelies agak kesal.
"Aku serius tentang hal ini, kuharap Anda bisa lebih berhati-hati."
"Kedengarannya itu sangat konyol,"
Lady Annelies segera pergi begitu Jeremy memundurkan kudanya.
******
Yang membuat Lady Annelies semakin kesal adalah sejak saat itu sepertinya Jeremy Winston selalu muncul di mana saja.
"Tidak bisakah Anda berhenti mengikutiku !"
"Anda pikir ada berapa jalan di estate ini? "balas Jeremy santai saat kembali mengutip kata-kata sang Lady beberapa hari lalu.
"Oh, sepertinya Anda memang hanya ingin membuat ku kesal!" wajak Anne sudah mulai memerah.
"Jujur aku juga menyukai Anda saat seperti itu, Lady," Goda Jeremy kemudian.
"Sekarang katakan padaku, Anda mau kemana jika bukan untuk mengikutiku?" tantang Annelies.
"Aku sudah coba mengingatkan Anda berulang kali, jangan pergi sendiri! "
Anne mulai berpikir serius, dan baru sadar sepertinya Jeremy Winston memang selalu kebetulan muncul tiap kali dirinya pergi seorang diri.
"Baiklah katakan, apa sebenarnya mau Anda? "
"Aku ingin Anda lebih berhati-hati, karena banyak manusia di luar sana yang tidak sebaik yang anda kira Lady."
"Sejauh ini, sebenarnya Anda sendirilah yang sangat menggangguku!" tegas sang Lady kesal.
"Dengar! Lady, anggap ini terakhir kali saya mengingatkan Anda, karena aku juga punya terlalu banyak pekerjaan jika harus selalu mengurusi sifat keras kepala Anda!" jujur Jeremy mulai ikut ter provokasi, sudah berapa kali dia coba mengingatkan Lady Annelies tapi tetap saja gadis itu sering pergi ke hutan seorang diri. "Lebih baik Anda segera kembali ke keluarga Anda dari pada aku harus melihat Anda berkeliaran seorang diri di Estate kami!"
Sepertinya kata-kata terahir Jeremi itu benar-benar menyinggung sang Lady, belum pernah dalam seumur hidupnya ada yang cukup berani mengusirnya dari tanah ini.
"Oh, maaf aku hampir lupa jika semua ini sekarang milik Anda, Tuan!"
Lady Annelies segera memutar kudanya untuk kembali ke kediaman Ethan Harris dengan perasaan kesal yang luar biasa