BAB 13

1382 Kata
Nicholas mulai menerapkan banyak peraturan baru di perusaan Lington, semua birokrasi keuangan dia alihkan seluruhnya untuk menghindari penggelapan-penggelapan dana. Campur tangan pemuda itu semakin membuat sang paman gerah karena benar-benar tidak lagi memiliki ruang gerak bebas. Nicholas juga lebih sering mengawasi semua kegiatan perusahaan di Glasgow dan beberapa cabang perusahaan Lingtown yang lain di selatan, karena itu Nicholas semakin sering bepergian. Sepertinya pemuda itu juga mulai menemukan ambisi baru dalam hidupnya. Dirinya yang dulu hanya tau cara menghambur-hamburkan kekayaan sekarang mulai belajar banyak mengenai dunia bisnis yang menguntungkan. Kadang Nicholas hanya pulang beberapa kali dalam sebulan untuk mengunjungi istrinya yang makin seangkuh Dewi Yunani yang tak tersentuh. Nicholas coba mengabaikan semua itu, dan sepertinya juga tidak akan menjadi masalah selama wanita itu masih setia berada di pihaknya. Nicholas tau istrinya bukanlah wanita bodoh yang akan mendukungnya begitu saja tanpa pertimbangan, dan sampai sejauh ini Nick pun tidak pernah bisa mengerti jalan pikiran sang Lady yang luar biasa itu. .... Nicholas baru kembali dari Glasgow saat mendengar istrinya sedang kurang sehat. Nicholas segara mendatangi Lizzy di kamarnya, dan wanita itu sedang tidur saat Nicholas tiba. Nick mulai memperhatikan kulit istrinya yang terlihat tanpa warna, pucat dan dingin. Nick memberanikan diri untuk memeriksa tubuh istrinya yang masih ter lelap, dan alangkah terkejutnya Nicholas saat menemukan beberapa bekas lebam kebiruan di balik kulit pucat sang Lady yang hampir transparan. Nicholas segera berteriak untuk memanggil pelayan. "Apa saja yang sudah kalian lakukan! " bentak Nicholas kepada dua pelayan yang baru saja masuk. "Nona mulai sakit beberapa minggu ini dan kami sudah memanggil dokter. " "Aku hanya ingin dokter Morel yang memeriksanya!" tegas Nicholas tak terbantahkan. "Baikalah Tuan, kami akan memanggilnya." Salah satu dari pelayan itu segera berlari keluar. "Apa yang harus saya lakukan, Tuanku? " salah satu pelayan menawarkan bantuan, ketika melihat Nicholas mulai melucuti pakaian istrinya. "Keluar dan tutup pintunya !" Pelayan yang begitu ketakutan itu segera mengikuti perintah tuannya tanpa banyak bertanya lagi. Nicholas sudah melepas seluruh pakaian istrinya, kemudian melepas mantelnya sendiri untuk membungkus tubuh telanjang sang Lady. Nicholas mengangkat tubuh pucat Lizzy yang begitu ringan, membawanya keluar. Seorang pelayan yang ternyata masih berdiri di depan pintu nampak kebingungan saat mulai mengikuti langkah tuannya yang terburu-buru membawa Nonanya. "Apa yang perlu saya bantu, Tuan?" "Siapkan air hangat di bak mandiku." "Baik, Tuan." Kegaduhan sempat terjadi saat Nicholas memandikan tubuh pingsan istrinya . Untung dokter Morell segera datang setelahnya, Nicholas sudah membungkus tubuh istrinya dengan selimut. Dokter Morell mulai memeriksa Lady Elizabeth yang masih juga belum sadarkan diri. "Bagaimana kondisinya? " tanya Nicholas yang mulai tidak sabar. "Lady Elizabeth masih dalam pengaruh racun, aku sudah memberi suntikan penawar mungkin beberapa saat lagi My Lady akan kembali sadar." "Ada yang coba menyelakainya," ungkap Nicholas. "Bakar semua pakaian sang istriku," perintah Nicholas saat itu juga pada beberapa pelayannya yang masih kebingungan. "Dan aku janji akan menemukan siapapun di antara kalian yang coba meracuni istriku!" "Aku tidak tau sejak kapan Lady Elizabeth mulai sakit?" kali ini dokter Morel yang bertanya. "Sekitar dua minggu yang lalu," jawab seorang pelayan dengan suara bergetar. "Sangat beruntung Anda segara mengetahuinya, Tuan Stanley, tapi aku khawatir Lady Elizabeth sudah lama terkontaminasi racun," tutur sang dokter mulai ikut cemas, "aku harus segera melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui bayi Anda baik-baik saja, Tuanku." Seperti di sambar petir Nicholas tiba-tiba kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan kemurkaannya. Ada seseorang yang sengaja untuk meracuni istrinya, dan orang itu sudah tau pasti semuahal tentang kebiasaan sang Lady. Hanya orang yang tinggal di tempat ini yang tau jika semua makanan sang Lady jelas tidak bisa diracuni karena akan ada pencicip makanannya yang sangat ketat. Siapapun orang itu jelas sangat berpengalaman, memberi racun pada pakaian bukanlah suatu keahlian yang bisa diketahui hanya oleh seorang pelayan. Nicholas sudah mulai bisa menduga siapa yang ternyata cukup tega menghalalkan segala cara. Keesokan harinya Lizzy sudah kembali sadarkan diri dan terkejut mendapati dirinya tidak sedang berada di kamarnya, pandangannya masih agak kabur saat menangkap sosok suaminya yang juga masih tertidur di sampingnya. Lizzy mulai memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat lelah, entah sejak kapan pria itu kembali. Lizzy coba menggeser tubuhnya karena merasa tidak nyaman dengan cara Nicholas memeluknya. Lizzy hanya berpikir mungkin suaminya sedang mabuk saat pulang dan tidak sadar mebawanya keranjangnya . Lizzy yakin tidak terjadi apa-apa di antara mereka, mereka memang sudah tidak tidur bersama selama beberapa bulan ini apa lagi dengan kehamilannya yang semakin besar, Nicholas juga hanya pulang sesekali waktu dalam sebulan. Lizzy berniat untuk bangkit saat dia baru sadar ternyata tidak mengenakan apa-apa di balik selimutnya. Lizzy hanya Coba kembali berpikir jernih dan menemukan Nicholas dengan pakaian lengkapnya, rasanya cukup melegakan. Lizzy coba mengangkat lengan Nicholas yang masih melingkari pingganya saat tiba-tiba dia mengerang kesakitan. Rasa berdenyut itu seperti mencengkram perutnya, mulai menjalar seperti rasa kram yang tebal dan menyakitkan. Nicholas sudah terbangun saat merasakan istrinya menggeliat kesakitan. "Katakan apa yang kau rasakan, Lizzy?" "Oh, Nick!" suaranya hanya berdesis seperti kesulitan mengambil nafas. "Lizzy, tolong jangan membuatku takut!" Nicholas segera menyibak selimut yang membungkus tubuh istrinya dan terkejut menemukan genangan darah segar di antara kedua kaki nya. Lizzy masih menggeliat kesakitan dan tubuhnya mulai mengejang. Nicholas mulai berteriak-teriak seperti orang gila dan semua orang di buat panik karenanya. Dokter Morel baru datang tiga puluh menit kemudian saat Lizzy sepertinya sudah kehabisan tenaga untuk menahan rasa sakit di perutnya setelah kram yang ber kepanjangan, tubuhnya mulai mengejang dan bergrlepar seperti ikan yang dikeluarkan dari dalam air. "Bayinya harus segera di lahirkan, aku akan memberi suntikan." "Tapi bayi kami masih belum cukup umur," protes Nicholas. "Sepertinya bayinya juga mengalami keracunan, kita harus segera mengeluarkannya atau sang Lady juga tidak akan selamat, Tuanku" Nicholas seperti baru saja mengulangi dezafu mengerikan dari hidupnya... "Lakukan apa saja selamatkan istriku!" Nick berjalan mundur dan merosot di dinnding, dia benar-benar tidak sanggup menyaksikan bagaimana kekacauan itu terjadi. Pria itu terduduk dilantai dan mencengkram kepalanya, rasanya dia akan ikut gila jika sampai kehilangan istrinya. malam itu menjadi semakin panjang dan mencekam bagi semua orang, tidak ada yang berani bicara sampai dokter Morel menghampiri Nicholas untuk menenangkannya. "Lady Elizabeth sudah melalui masa kritisnya, mungkin dia butuh sedikit pemulihan, kita tunggu sampai besok bila sang Lady belum juga sadar aku akan kembali memberikan suntikan." Nicholas sudah mulai pasrah dengan kehilangan bayinya, kali ini dia hanya ingin istrinya tetap hidup itu saja sudah cukup baginya. Hampir tiga hari berlalu dan sang Lady belum juga siuma, Nick sama sekali tak beranjak dari kamar selama beberpa hari ini, benar-benar sabar menununggu dan berharap wanita itu tidak akan ikut membencinya saat bangun nanti. "Nick," Nicholas terkesiap , entah sejak kapan dirinya tertidur karena barusaja suara lembut Lizzy yang justru membangunkannya. "Kau sudah siuman? " Lizzy mengangguk lembut, karena bagaimanapun dia masih ingat jelas bagaimana kepanikan Nicholas saat mulai ikut merakup darah segar di antara ke dua kakinya. "Maafkan aku, Nicholas." Ada kepedihan luarbiasa yang sulit untuk diungkapkan lagi, kecuali mereka mulai berpelukan dan membiarkan Lizzy menangis. "Kita sudah kehilangan, Nick," Lizzy masih menangis.... setelah sekian lama baru kali ini Nicholas melihat istrinya menangis, dan benar-benar menangis. "Semua itu karena salahku," ungkap Nicholas, dan Lizzy hanya menggeleng dalam pelukannya, "andai aku tidak mengundang permusuhan dengan pamanmu, semuai ini sungguh tidak perlu terjadi." "Sungguh, Lizzy, maafkan aku." Nicholas bisa mengerti sebesar apa kehilangan ini untuk mereka berdua, istrinya adalah wanita hebat yang akan bertahan melalui apapun demi untuk bayi mereka, dan Nicholas menghargai perjuangan itu lebih dari apapun. "Aku janji kita akan segera mendapatkannya lagi," Nick masih memeluk istrinya. "Kita akan memilikinya lagi, Lizzy,"ulang Nicholas lagi.. Seburuk apapun kejadian itu ternyata akan selalu ada hikmah di baliknya, dan begitulah hubungan mereka yang dingin mulai kembali mencair. Hampir tiap malam Nicholas membiarkan istrinya menangis dalam pelukannya seperti itu. Kadang Lizzy memang hanya menangis sampai dia akhirnya ter tidur, dan Nicholas membangunkannya di pagi hari untuk sarapan. Jujur ini juga masa yang sulit untuk Nicholas, tetapi bukan hal yang mudah saat harus kembali kehilangan calon bayinya untuk yang ke sekian kali. Tapi bagaimanapun dia harus tetap bangkit, karena memang hanya dirinyalah yang harus mengatasi semua masalah ini. Nick yang murka memecat semua pelayan untuk istrinya dan mengadukannya ke pengadilan dewan kerajaan karena usaha mereka mencelakai seorang bangsawan. Kemudian Nicholas membawa semua pelayan dari rumah keluarga Stanley untuk menjaga Istrinya. Nicholas tau siapa dalang di balik semua ini dan dirinya akan segera membuat perhitungan untuk itu. ********   LIKE YA 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN