“Astaga, Dafa. Kamu bisa kan nanya satu-satu atau setidaknya pelan-pelan?” protes Chesa.
“Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab dulu pertanyaan aku” suara Dafa terdengar sedang kesal.
Chesa mendesah lemah, “Aku baru sampai kos, mandi pun belum. Aku capek mau istirahat, aku telpon juga mau nanya kamu kenapa telpon aku?”
“Chesa, bukannya beberapa hari ini kita saling bertukar kabar kalau sudah sampai rumah. Kamu lupa?”
Chesa menepuk jidatnya, “Aduh, kenapa aku bisa lupa” pikirnya.
Dafa benar, beberapa hari setelah Dafa mengatakan ingin mendekati Chesa, pria itu begitu rajin memberi Chesa kabar. Dan anehnya Chesa juga melakukan hal yang sama.
“Iya, maaf. Tadi aku ketemu teman dulu dan lupa kasih kabar kamu. Ponselku sedang mode silent jadi aku nggak tahu kamu telpon dan kirim pesan” je
