Sesuai dengan permintaan Bella, malam ini sepasang suami istri itu sedang makan malam bersama dengan keluarga Ishak. Ibra yang merasa bersalah karena terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya akhirnya memutuskan menginap di rumah mertuanya. Betapa senang hati Bella karena akhirnya sang suami bisa meluangkan waktu untuk dirinya. Namun, ketika makan malam bersama dengan keluarga sang istri lelaki itu lebih banyak diam.
“Kayaknya Nak Ibra kurang sehat, karena dari tadi Papa lihat diam saja,” ucap Danu.
“Nggak, Pa. Ibra sehat, kok. Hanya ada sedikit masalah di Perusahaan,” jawab Ibra beralasan.
Lelaki pemilik mata elang itu hanya bisa memberikan alasan seperti itu. Karena menurutnya hanya alasan itu yang di rasa sangat masuk akal.
Belakangan ini, pria itu juga selalu pulang terlambat dengan alasan lembur. Namun, jika telah sampai di rumah, pria itu lebih banyak
menghabiskan waktunya di ruang kerjanya. Dia lebih memilih mengurung diri di ruangan tersebut, daripada harus menghabiskan waktunya bersama dengan istrinya. Bahkan, terkadang dia juga sampai ketiduran dan kembali ke kamarnya saat menjelang subuh.
Perubahan sikap Ibra juga di rasakan oleh Bella. Sebagai seorang istri, tentu dia merasa penasaran terhadap perubahan tersebut. Namun, wanita itu tidak berani untuk menanyakannya pada sang suami. Dia takut akan membuat suaminya merasa tidak nyaman dengan pertanyaannya. Dia juga mengira jika suaminya mungkin memang sedang ada masalah pekerjaan, seperti yang pernah pria itu sampaikan ketika makan malam.
Semakin hari hubungan rumah tangganya terasa semakin dingin. Bella merasa jika suaminya belakangan ini sangat sibuk sekali. Lelaki itu seakan tidak ada waktu lagi untuk dirinya. Sebagai seorang istri, dia tidak berani protes. Dia tidak ingin semakin menambah beban pikiran sang suami.
“Kasihan Mas Ibra …,” ucapnya pada dirinya sendiri.
Meskipun tanpa kata, dia harus bisa memberikan dukungan untuk suaminya. Wanita itu tetap sabar, meskipun terkadang suaminya berbicara pedas padanya. Bella seakan kembali ke masa di mana dirinya baru bertemu dengan Ibra, ketika pria itu selalu berbicara pedas padanya. Wanita itu pun bisa memaklumi sikap suaminya, yang menurutnya akhir-akhir ini mungkin saja masalah perusahaan sedang memenuhi pikiran pria itu.
Ibra tampak sedang terburu-buru dan tidak sempat untuk sarapan. Dengan sigap, Bella langsung memindahkan sarapan yang telah ia siapkan ke dalam kotak bekal. Dia berharap suaminya akan memakannya ketika di mobil. Namun, jawaban suaminya sungguh di luar dugaannya.
“Aku bukan anak kecil yang harus bawa bekal segala!” ucap Ibra dengan ketus.
“Mas bisa memakannya di mobil, jangan sampe perut dibiarkan kosong, nanti Mas bisa sakit,” bujuk Bella.
Wanita cantik itu berusaha membujuk suaminya agar mau memakan sarapannya di mobil. Sebagai seorang istri, dirinya harus bisa menjaga kesehatan suaminya. Meskipun, suaminya sangat sibuk, dirinya tetap harus bisa mengingatkannya untuk makan.
Kemudian Ibra pun mengambil kotak bekal yang ada di tangan istrinya sambil berdecak. Bahkan, lelaki itu juga memberikan tatapan sinis pada wanita yang berstatus sebagai istri sah-nya tersebut. Setelah memberikan punggung tangannya agar dicium oleh istrinya, pria itu pun bergegas pergi ke kantor.
“Sabar … sabar …,” lirih Bella sambil mengelus dadanya.
Entah seberat apa permasalahan yang sedang di hadapi oleh suaminya hingga membuat sikapnya berubah. Nanti dia akan bertanya pada Seno mengenai apa yang sesungguhnya terjadi.
Di dalam mobil, Ibra lebih memilih untuk melamun. Lelaki itu mengabaikan pesan istrinya untuk memakan sarapannya. Kotak bekal yang diberikan istrinya tadi tampak tergeletak di sebelahnya.
Di kantor, Ibra juga tidak fokus dengan pekerjaannya. Pikiran lelaki itu masih tentang pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang yang mengaku bernama Rara. Di tengah-tengah lamunannya terdengar bunyi ponselnya yang menandakan adanya pesan masuk.
Detik kemudian ia pun meraih ponselnya yang tergeletak di meja kerjanya. Ia pun langsung membuka dan membaca pesan yang baru saja masuk.
081xxxxxxx: Bagaimana, Bra? Kamu mau kan menolongku? Aku bener-bener membutuhkan pertolongan kamu. Rara.
Lagi-lagi Ibra dibuat tercengang setelah membaca pesan tersebut. Jantungnya kembali berdetak dengan kencang. Kali ini dia berniat membalas pesan tersebut. Namun, lelaki itu tiba-tiba mengurungkannya. Jemarinya yang hendak mengetik seketika menggantung di udara. Kemudian ia pun mengepalkan tangannya sambil terus menatap pesan yang ada di hadapannya.
Tak lama kemudian pesan dari nomor yang sama kembali masuk. Pria itu pun kembali membacanya.
081xxxxxxx: Aku tau kamu nggak percaya kalau ini aku. Aku tunggu besok di resto Hotel Max pada jam makan siang.
Setelah membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya, hati Ibra pun terasa tak karuan. Bahkan, sekujur tubuhnya terasa gemetar. Sudah bisa dipastikan jika pesan itu dikirim oleh orang yang sama. Karena hanya mereka berdua yang memiliki kesan tersendiri terhadap tempat itu. Resto yang menjadi tempat kencan mereka pertama kali dulu.
Seketika Ibra terlihat gelisah. Berkali-kali pria itu mencoba menenangkan hatinya dengan menghembuskan napas panjangnya.
“Kenapa kamu baru datang sekarang?” tanya Ibra pada dirinya sendiri.
Lelaki itu seolah-olah sedang berbincang dengan orang yang baru saja mengirimi dirinya pesan, meskipun pada kenyataannya dirinya berbincang dengan ponselnya.
Ya … masa lalunya telah kembali. Mantan kekasih yang telah meninggalkannya tanpa kata kini menghubunginya. Sebenarnya ada satu pertanyaan yang selama ini ingin dia ketahui jawabannya. Mungkin sudah tiba saatnya dia mengetahui jawaban yang selama ini dia cari.
Detik kemudian, pria itu langsung menghubungi nomor tersebut. Degup jantungnya juga semakin kencang ketika panggilannya telah tersambung. Kemudian terdengar suara seorang wanita yang sangat dia kenal.
“Hai … Bra, apa kabar?” tanya Rara begitu menerima panggilan telepon dari Ibra.
Ibra masih terdiam mendengar suara yang sudah lama tidak pernah dia dengar. Mendadak lidah pria itu terasa kelu. Tenggorokannya juga tiba-tiba terasa kering. Bahkan, dia kesulitan untuk menelan saliva-nya sendiri. Akhirnya pria itu pun hanya bisa diam mendengar suara yang dulu pernah dia rindukan.
Beberapa saat kemudian terdengar suara tawa kecil dari seberang. Lagi-lagi Ibra dibuat tercengang dengan lawan bicaranya.
“Kenapa diam, Bra? Ini aku Rara, kamu masih ingat, kan?” tanya wanita itu kembali.
Seakan baru tersadar dari lamunannya, Ibra pun seketika berdeham. Lelaki itu mencoba menenangkan hatinya terlebih dahulu sebelum dia membuka mulutnya. Jangan sampai rasa gugupnya akan mempermalukan dirinya.
“Ehm … baik, kabar ku baik! Kamu apa kabar?” tanya Ibra kemudian.
Sebuah pertanyaan yang memang ingin lelaki itu lontarkan. Dia memang ingin tahu kabar mantan kekasihnya setelah wanita itu meninggalkannya.
“Aku sedang tidak baik-baik aja, Bra. Aku kabur dari suami ku. Tolong bantu aku agar bisa lepas dari dia. Sungguh, aku udah nggak kuat untuk bertahan … hiks,” jawab Rara disertai isakan.
Ibra yang mendengar mantan kekasihnya seperti tidak baik-baik saja seketika terkejut. Di dalam benaknya pun bertanya-tanya. Apa yang sudah terjadi dengan rumah tangga mantan kekasihnya?
“Sstt … tenang, Ra! Ok, aku akan bantu, tapi kamu harus tenang dulu. Besok kita ketemu dan kamu bisa cerita semuanya,” ucap Ibra.
Lelaki itu mencoba membujuk Rara agar bisa tenang. Sebanarnya dia sendiri tidak tahu apa yang sedang menimpa wanita itu. Sepertinya permasalahan yang sedang di hadapi oleh Rara cukup serius, hingga membuat wanita itu meminta bantuannya. Akhirnya setelah berbincang sejenak, keduanya pun mengakhiri panggilannya.
Ibra seketika termenung. Lelaki itu memikirkan mantan kekasihnya. Bagaimanapun keduanya dulu pernah dekat. Wanita itu juga pernah menjadi penghuni relung hati Ibra.
Setelah percakapan itu Ibra semakin menjadi pendiam. Lelaki itu juga sering tertangkap sedang termenung. Bahkan, pria itu seperti sengaja pulang malam untuk menghindari istrinya. Dia pulang di saat istrinya telah tertidur.
Saat memasuki kamarnya, di meja sofa sudah terdapat air putih yang biasa disiapkan oleh istrinya ketika dirinya pulang kerja. Setelah meminumnya hingga habis, lelaki itu pun langsung pergi ke kamar mandi yang berada di sudut kamar. Dia ingin membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena aktivitas seharian.
Setelah selesai mandi, ia pun melangkahkan kakinya menuju ruangan wardrobe untuk berganti pakaian. Di atas stool tampak sudah tersedia pakaian santainya yang telah disiapkan oleh istri cantiknya.
Karena merasa belum mengantuk, Ibra kemudian berjalan keluar kamar. Lelaki itu membuka pintu dengan perlahan agar istrinya yang sudah terlelap tidak sampai terganggu tidurnya. Seperti biasanya lelaki itu lebih memilih mengurung diri di dalam ruang kerjanya.
Lagi-lagi dia memikirkan percakapannya dengan mantan kekasihnya melalui telepon tadi siang. Jika mengingat percakapannya tadi membuat lelaki itu tidak sabar menunggu hari berganti. Dia ingin tahu keadaan wanita itu dengan mata kepalanya sendiri.
“Kenapa dia nggak minta tolong keluarganya?” lirih Ibra.
Lelaki itu bertanya pada dirinya sendiri. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh mantan kekasihnya tersebut. Saat ini banyak pertanyaan yang timbul di dalam kepalanya. Kemudian ia pun terlempar ke masa lalu, di mana dia dan Rara masih bersama.
“Apa dia takut sama orang tuanya?” tanya Ibra kembali pada dirinya sendiri.
Yang dia tahu, Rara berasal dari keluarga sederhana. Namun, keluarga mantan kekasihnya itu cukup disegani di lingkungannya. Ayah Rara adalah seorang kepala sekolah SMA. Lelaki itu juga terkenal sangat disiplin dalam mendidik anak-anaknya.
Karena kelelahan, Ibra pun akhirnya memejamkan matanya. Pria itu lagi-lagi tertidur di ruang kerjanya.
Malam semakin larut. Udara dingin juga terasa semakin menusuk hingga ke tulang. Tepat jam dua malam, Bella terbangun karena ingin ke kamar mandi. Melihat suaminya tidak ada di sampingnya lantas ia pun melihat ke sekeliling kamar. Air minum yang dia sediakan untuk suaminya juga sudah terlihat kosong.
“Mas Ibra sudah pulang, paling dia di ruang kerjanya lagi,” ucap wanita itu pada dirinya sendiri.
Detik kemudian ia pun beranjak untuk pergi ke kamar mandi. Setelah menuntaskan hasratnya, Bella berjalan keluar kamar sambil membawa sebuah selimut. Dia sudah bisa menduga jika suaminya akan tertidur di ruangannya lagi.
Dengan perlahan Bella membuka pintu agar tidak sampai membangunkan suaminya. Dia merasa kasihan melihat suaminya akhir-akhir ini tampak terlihat sibuk dan kelelahan. Benar dugaannya jika lelaki itu tampak sudah terlelap dengan posisi duduk di kursi kebesarannya. Kemudian ia pun menyelimuti suaminya dengan perlahan.
Untuk sejenak mata indah Bella menatap wajah suaminya yang tampak damai saat tertidur. Kemudian jemari lentiknya mengusap rambut suaminya dengan perlahan.
“Tolong jaga kesehatan kamu, Mas. Jika kamu sakit, pasti aku akan ikut sakit,” lirih Bella sambil mengelus rambut suaminya dengan lembut.
Setelah mengatakan itu, Bella mencium lembut dahi sang suami. Sebagai seorang istri, pasti dia akan merasa bersalah jika suaminya sampai jatuh sakit. Dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah lalai dalam menjalankan kewajibannya. Kemudian wanita itu meninggalkan ruangan yang bernuansa klasik modern tersebut. Tak lupa ia pun menutup pintu dengan perlahan dan kembali ke kamarnya lagi.
Sebagai seorang istri, dirinya ingin membantu sebisanya masalah yang sedang di hadapi oleh suaminya. Namun, lagi-lagi wanita itu tidak ingin membuat suaminya merasa tidak nyaman dengan pertanyaannya. Dia tidak tahu apakah suaminya berkenan dengan uluran tangannya atau tidak. Bella yakin, jika permasalahan suaminya sudah selesai pasti sikap lelaki itu akan berubah kembali hangat padanya.