74 : Ketidakberdayaan Livy

1928 Kata

“Mau, tidak?!” Si pria amis membentak, memecahkan keheningan dalam kebersamaan yang sempat senyap karena mereka kompak diam. Livy langsung terkesiap bahkan nyaris jantungan. Jantungnya berdetak sangat cepat dan ia refleks menahan dadanya menggunakan kedua tangan saking takutnya pemompa darahnya itu benar-benar lepas dari posisi semestinya. “Innalillahiwainnailaihirojiun.” Livy menghela napas pelan sekaligus dalam. “Sebentar aku buatkan kuenya.” Livy meninggalkan si pria. “Kamu enggak mau jadi istri saya?” tanya si pria sedangkan Livy hanya mendesah sambil terus berlalu menuju rak handuk anak. “Yang saya jual itu yang ada di butik, bukan diri saya. Yang benar saja masa iya, saya beneran mau nikah sama pria asing.” Menggunakan handuk yang dipilih dan itu warna hitam dan putih, Livy memul

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN