Happy Reading Rainer menatap Devan dengan jantung yang berdebar kencang, degupannya terasa seperti genderang yang ditabuh bertalu-talu di dadanya. Wajah mungil Devan, dengan garis-garis halus dan tampan yang begitu mirip dengannya, membuat perasaan Rainer bercampur aduk. Rasa haru yang meluap-luap karena akhirnya bertemu dengan darah dagingnya sendiri berbaur dengan sesal yang mendalam karena telah melewatkan sepuluh tahun kehidupan putranya. Sepuluh tahun yang seharusnya diisi dengan canda tawa, pelukan hangat, dan kebersamaan seorang ayah dan anak, kini hanya menjadi kenangan yang hilang dan tak mungkin terulang. Devan, putranya yang selama ini tidak pernah ia ketahui, kini berdiri di hadapannya, menatapnya dengan mata bulat yang penuh keingintahuan, seolah mencari jawaban atas p