MENIKAH DENGAN ZIAN

1027 Kata
Suara sang mama tercinta kembali menyapu pendengarannya. Perempuan itu menatap putranya dengan tatapan penuh peringatan. "Mariana mencintaiku, Ma. Dia tidak akan berbuat macam-macam!" Zian tetap bersikeras. Mama Zian menarik napas panjang melihat kekerasan kepalaan Zian. "Baiklah, kalau kau memang bersikeras. Mama dan Papa akan mendukungmu." Mama Zian akhirnya mengalah. Tidak ada gunanya berbicara pada orang yang sedang jatuh cinta. Mau ngomong bener pun, dia tidak akan percaya. Perempuan itu menatap ke arah suaminya. "Bagaimana, Pa?" Wanita itu menatap suaminya. "Turuti saja apa yang Zian inginkan, Ma. Dia sudah dewasa, sudah waktunya juga dia menikah." Jawaban sang papa membuat Zian merasa senang. "Terima kasih, Pa," ucap Zian senang. Pradipta menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sementara sang istri menggelengkan kepala. Entah kenapa, hatinya masih terasa berat melepaskan Zian untuk menikah. Apalagi, menikah dengan perempuan yang jelas-jelas berstatus janda. "Sudahlah, Ma, tidak usah dipikirkan." Pradipta mengusap bahu istrinya yang sedang memandangi kepergian Zian. "Mama hanya khawatir, Pa. Zian tidak pernah dekat dengan wanita manapun, sekalinya dekat dan ingin serius, dapetnya malah janda." "Gadis atau janda yang penting Zian bahagia, Ma. Lagipula, bukankah Zian tadi bilang kalau dia itu janda masih perawan?" Pradipta tersenyum mendengar ucapannya sendiri. "Iya, kalau beneran masih perawan, Pa." Nyonya Pradipta ikut tersenyum. "Semoga Zian beruntung." Suami istri itu kemudian tertawa bersama. Menertawakan anaknya sendiri yang menyukai seorang janda. "Heran! Padahal banyak gadis di luaran sana, kenapa harus jatuh cinta sama janda?" "Karena gadis belum tentu perawan, sedangkan janda jelas bukan perawan karena sudah pernah menikah." *** Setelah mendapatkan restu, Zian beberapa kali mengajak Mariana ke rumahnya agar wanita itu bisa berkenalan dengan sang ibu juga keluarganya yang lain. Melihat Mariana yang begitu cantik dan begitu penurut, membuat keluarga Zian sangat menyukai gadis itu. Sang mama yang tadinya tidak terlalu menyetujui hubungan Zian dengan Mariana, akhirnya luluh karena melihat Mariana yang bersikap begitu sopan dan sangat cekatan. Perempuan itu selain cantik juga sangat pandai memasak, membuat Mama Zian langsung menyukainya. Pikiran buruknya selama ini terlupakan karena sikap manis Mariana. Gadis itu pun lolos menjadi calon menantu idaman keluarga Zian Pradipta, salah satu keluarga yang sangat terpandang di kampungnya. Mariana dan Zian tersenyum lega karena mereka berdua kini sudah mendapatkan restu dari kedua orang tua mereka. Setelah mendapatkan restu dari keluarganya, keluarga Pradipta datang melamar Mariana. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Mariana. Mereka sepakat kalau pernikahan Mariana dan Zian akan diadakan setelah beberapa bulan ke depan. Mariana dan keluarganya sangat senang karena mereka mendapatkan calon besan yang tidak kalah kaya dengan Andika. Surti sangat antusias karena Mariana akan kembali menikah. Apalagi, calon suaminya adalah keluarga yang sangat terpandang. "Kamu sangat pintar, Mariana. Lepas dari Andika, kamu mendapatkan orang yang lebih dari dia." Surti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik setelah selesai berdandan. "Kau mau pergi kemana?" tanya Surti penasaran. "Mas Zian mengajakku belanja, sambil melihat perlengkapan buat pernikahan kita nanti, Ma," jawab Mariana. Gadis itu kembali memoleskan lipstik di bibirnya. "Jangan lupa, Mama beliin sesuatu ya, Mar." "Tenang saja, nanti aku minta Mas Zian membelikan oleh-oleh untuk Mama." "Terima kasih, Sayang." Surti mengusap kepala Mariana. Putrinya itu memang sangat cantik, jadi wajar, kalau sedari dulu dia menjadi kembang desa. dan idola di tempat kerjanya. "Aku berangkat, Ma." "Hati-hati, Sayang ...." Mariana mengangguk kemudian mencium punggung tangan sang ibu sebelum dia pergi meninggalkan rumah. *** Setelah beberapa bulan berlalu, kedua keluarga besar Mariana dan Zian sepakat untuk mempercepat rencana pernikahan anak-anak mereka. Zian dan Mariana sangat senang mendengar kabar baik itu. Bukan hanya mereka berdua yang sangat senang, kedua orang tua Mariana juga sangat senang. Apalagi, saat mereka mendengar kalau biaya pernikahan akan ditanggung oleh keluarga besar Zian. Kali ini, keluarga Mariana memang tidak merayakan pernikahan putrinya seperti saat pernikahannya dengan Andika. Keluarga Zian sepakat, biar mereka saja yang merayakan pesta pernikahan itu. *** Acara pernikahan Mariana dan Zian pun tiba. Keluarga Pradipta menyewa gedung untuk acara resepsi pernikahan putra mereka. Suasana di dalam gedung itu terlihat meriah. Dekorasi pengantin yang mengusung tema adat jawa itu terlihat mewah. Sungguh sangat berbeda dengan saat resepsi pernikahan Mariana dengan Andika yang hanya diadakan di halaman rumah Mariana. Mariana terlihat sangat cantik dengan balutan baju pengantin. Begitupun dengan Zian yang terlihat sangat tampan. Pernikahan mereka berjalan dengan lancar. Kebahagiaan terpancar dari wajah cantik Mariana dan juga Zian Pradipta. Mereka berdua sangat bahagia karena akhirnya mereka berdua menikah juga. "Aku sangat bahagia karena sekarang aku sudah sah menjadi istrimu." Wajah cantik Mariana berbinar. "Sama. Aku juga sangat bahagia karena akhirnya aku bisa memilikimu sepenuhnya," ucap zian. Mereka berdua tersenyum bahagia. Bukan hanya Mariana dan Zian saja yang merasa bahagia. Kedua orang tua mereka pun sangat bahagia. Mereka tak berhenti menyunggingkan senyum. Apalagi, saat para tamu undangan datang silih berganti. Kini, Mariana dan Zian resmi menjadi suami istri. Mariana menatap Zian yang terlihat begitu tampan. Perempuan itu tersenyum, merasa tidak percaya karena dari sekian banyak pria yang mendekatinya, ia justru memilih Zian sebagai pelabuhan terakhirnya. Pelabuhan terakhir? Pandangan mata Mariana bertemu dengan kedua netra hitam yang saat ini berdiri sambil menatapnya tajam. Pria itu tersenyum pada Zian setelah memberikan ucapan selamat atas pernikahan Zian dan Mariana. Kemudian menjabat tangan Mariana. Kedua matanya tak berkedip menatap perempuan cantik itu. "Selamat ya, Mar, semoga kamu bahagia." "Te-terima kasih," ucap Mariana sedikit gugup. Dimas tersenyum, menggenggam erat tangan Mariana. Perempuan cantik yang dua hari kemarin masih bersamanya. Rasa hangat saat gadis itu dalam dekapannya bahkan masih terasa sampai sekarang. Jadi ini, arti ciuman terakhir yang kau berikan malam itu? Pria itu benar-benar tidak menyangka kalau perempuan yang dicintainya itu tiba-tiba menikah hari ini. Dimas tersenyum getir sebelum akhirnya pergi dari hadapan Mariana dengan luka di hatinya. Kamu terlihat begitu bahagia dengan pria itu. Lalu, apa arti kebersamaan kita selama ini? Bukankah kamu bilang kamu juga mencintaiku? Brengsek! Mariana menatap Dimas yang melangkah meninggalkannya. Perempuan itu menghela napas panjang. Mariana tahu, Dimas pasti sangat kecewa melihat dirinya menikah. Lelaki yang selalu mengatakan mencintainya itu pasti saat ini sedang patah hati saat melihatnya duduk di pelaminan bersama pria lain. Namun, apakah Mariana merasa bersalah? Tentu saja tidak! Mariana tidak pernah menyesal berhubungan dengan lelaki lain di belakang Zian. Dia memang mencintai Zian, tetapi, dia juga tidak memungkiri kalau selama ini dia berhubungan dengan lelaki lain di belakang Zian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN