Ketika aku pulang ke rumah, aku melihat mobil Argan sudah terparkir di halaman rumahku. Aku memang pulang agak terlambat karena cukup banyak rekam medis yang harus aku isi. “Akhirnya pulang juga mas, ini temennya sudah nunggu loh.” Ucap ibuku yang terlihat akrab dengan Argan. Ayah juga demikian, tampak seru sekali mengobrol dengan Argan. Sejak dulu, Argan memang tidak berubah, dia masih saja menjadi orang yang mudah mengenal orang dan mudah akrab dengan siapapun tapi itu hanya berlaku untuk orang-orang yang bukan memiliki niat mendekatinya sebagai lawan jenis. Sebab Argan seperti tidak begitu tertarik untuk berpacaran atau semacamnya. “Iya buk, tadi banyak pasien jadi pulang agak telat.” Jawabku seadanya. Aku melepas sepatuku dan menghampiri Argan yang terlihat sedang mengobrol dengan