Sekembalinya ke unit, Isla tengah tertidur di depan televisi. Seperti biasa, kedua matanya yang mengintip membuat Gary terkekeh renyah. “Kalau maling yang masuk kagak jadi nyolong dia, Nek. Dikira lo bangun!” gumam Gary seraya menaikkan selimut rajut yang Isla gunakan hingga sebatas pinggang. Gary lalu meletakkan bantal-bantal sofa di lantai, menempel dengan kaki sofa, berjaga-jaga jika Isla terjatuh saat tidurnya. Setelah memastikan sahabatnya tidur dengan aman dan nyaman, Gary kembali ke kamarnya, menyusul Isla ke alam mimpi. Pukul sebelas waktu Tokyo, Gary baru terbangun. Begitupun Isla. Mereka berdua tak ada yang bisa nyenyak tidur di udara, meski Zhen meng-upgrade kursi ekonomi mereka ke business class sekalipun. “Lo baru bangun?” tanya Isla yang tengah duduk di dining spot sera