“Ikut denganku.” Terkejut ketika merasakan tarikan di tangannya, sepasang kaki Zahra bergerak cepat mengikuti tarikan Naka. Wanita itu menahan ringisan menyadari berpasang-pasang mata menatap ke arah mereka. Berusaha menarik tangannya, namun tidak berhasil. Naka baru melepas tangan Zahra setelah mereka keluar dari gedung dan tiba di samping mobilnya. Pria itu memutar tubuh. “Aku sudah memintamu pulang. Temani ibu, kenapa kamu masih di sini?” tanya Naka dengan ekspresi wajah terlihat kesal. Dia sudah mengirim pesan, meminta Zahra untuk menemani ibunya di rumah sakit. “Kemarin saya sudah tidak masuk. Kalau hari ini saya tidak masuk lagi, apa kata teman-teman?” “Kamu tidak perlu memikirkan kata teman-temanmu. Kamu bekerja padaku dan aku sudah memberimu izin.” “Tidak bisa begitu. Apa kala