“Tunggu apa lagi? Air matamu itu sudah tidak bisa memperdaya kami. Pergi sekarang juga!” Tidak hanya mata mendelik, Sherly juga mengacungkan jari telunjuk saat mengusir Zahra. Sebagai calon menantu keluarga Hutama, Sherly merasa pantas mengusir Zahra.
“Kamu bukan pemilik rumah ini, Sherly.”
Sherly terkejut mendengar suara itu. Refleks dia menoleh. Sherly menatap tak percaya perempuan yang sudah ia bela setengah mati. “Tante!” Suara Sherly meninggi. Dari nada wanita itu memanggil Naya, jelas tersirat kecewa yang begitu besar.
Naya yang sedari awal keluar rumah hanya diam mendengarkan kalimat-kalimat pedas Sherly itu, menarik panjang napasnya. Wanita pemilik rumah tersebut menatap sendu sosok perempuan dengan sepasang mata memerah dan berlapis kaca. Jejak air mata terlihat di kedua pipiny
