“Ada apa, Ra?” Mendelik, Zahra menggulir layar—melihat beberapa foto lain yang ibunya kirim. Jantungnya tidak hanya berdegup kencang. Rasanya alat pemompa darah itu meronta-ronta tidak terkendali. Aliran darahnya terasa mengalir begitu cepat hingga ke ubun-ubun. ‘DUG! DUG! DUG! DUG!’ Suara yang terdengar keras di telinganya. “Kamu kenapa, Zahra? Ada masalah apa?” tanya cemas Mela melihat wajah pucat Zahra. Tidak hanya Mela yang cemas melihat Zahra. Pun dengan teman-temannya yang lain, mereka semua sudah berhenti mengunyah. Menatap Zahra penuh rasa cemas. “Ada apa, sih? Siapa yang kirim pesan?” tanya Mela seraya mendekatkan kepala—berniat untuk melongok layar ponsel Zahra. Melihat apa yang membuat wajah sang teman berubah horor seketika. Sadar, Zahra menarik menjauh ponsel dari Mela.