Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Damt!" Reza mengumpat saat tahu kalau ternyata Ani mengunci pintu kamarnya, membuatnya tidak bisa memasuki kamar Ani, kecuali Ani mau membukakannya pintu. Reza yakin kalau Ani tidak akan mau membukakannya pintu, tapi ia tidak boleh putus asa. Pantang pulang sebelum mendapatkan kata maaf dari Ani. Reza mengetuk pintu kamar Ani dengan tidak sabaran. Ia tahu kalau Ani pasti belum tertidur dan bisa mendengar suaranya dengan jelas. "Sayang, buka pintunya dong," rayu Reza, berharap Ani luluh dan mau membukakannya pintu. Tapi setelah lima menit mencoba, tak kunjung ada respon dari Ani, Reza akhirnya menyerah dan memilih kembali menuruni tangga menuju ruang keluarga. Mungkin ia akan mengobrol dengan Haikal, sudah lama ia tidak mengobrol dengan Haikal secara tatap muka. "Kenapa? Kok balik lagi?