Yanan menatap tajam ke arah depan. Sulit menerima kenyataan bahwa ia menemui kekalahan, tapi ia tidak bisa apa-apa selain menerima kekalahannya. Kekalahan kali ini seolah memang disengaja oleh panitia penyelenggara. Yanan memijat dahinya yang terasa sangat pening. Urusan di rumah sakit belum sepenuhnya kelar, masih ada Dita yang mengganjal di hatinya, dan sekarang kalah. Yanan sudah mendengar pertengkaran Lionel dan Roland. Sedangkan Roland tampak merasa biasa saja dan tidak ada raut bersalah di wajah pria itu. Sekarang Roland pun juga tidak kunjung kembali dari kamar mandi. Ucapan Duta dan Shena masih terngiang-ngiang di pikirannya, tentang Darken yang memilih keputusan yang tepat. “Kapten, cepat evaluasi. Aku sudah capek,” ucap Lionel yang dari tadi tidak berhenti marah-marah. Pria