“Perusahaan kecil, Icha,” kata Tesa sedikit merendah. “Yang penting kan pengalaman,” balas Icha menyemangati. “Iya. Lo gimana? Kerja di mana rencana lo? di bokap lo?” “Gue kan mau kawin dulu sama papanya Vanya.” Tesa tertawa terbahak-bahak, padahal Icha menjawabnya dengan nada santai. Vanya yang duduk di samping Icha tersenyum senang. “Haha, beruntung banget lo, Cha. Mama sudah ngasih lampu ijo, Vanya udah nggak sabar. Hm … tinggal bokap lo, Cha.” “Iya. Gue deg-degan juga nih. Semoga papa ngizinin gue menikah dengan pak Andra,” ujar Icha penuh harap, dia membelai rambut Vanya dan Vanya menoleh ke arahnya dengan tatapan bahagianya. Tesa menggeleng tersenyum, lucu membayangkan Icha dan Vanya. Dalam hati dia salut dengan keduanya yang langsung akrab, dan mendoakan semoga Icha dan An