“Ya, sama sopir taksi.” Dengan cepat Vanya berkilah dan berusaha sekuat tenaga menjaga ekspresi wajahnya yang sempat dirasa memanas, khawatir keceplosan, dan pasti mamanya curiga. Sekilas Siska memang mencurigai jawaban Vanya, tapi melihat Vanya letih, dia akhirnya membiarkan Vanya istirahat karena lelah. Siska pun dengan cepat menepis pikiran kacaunya. Vanya membuka pintu kamarnya dan dia merasa aneh, karena pintu kamarnya tidak terkunci. Seingatnya dia mengunci kamarnya sebelum pergi. Gadis itu menoleh kiri kanan, dan dia melihat Beni yang tengah duduk di sudut ruang, sambil memperhatikan layar ponselnya. Tapi, Vanya tidak yakin laki-laki itu memainkan ponselnya dan mungkin saja tengah memperhatikannya. Vanya cepat-cepat memasuki kamarnya dan menguncinya. Vanya tentu tidak tahu