2. Bertemu lagi

1274 Kata
Amanda langsung berlari menjauh, ketika orang itu berjalan mendekatinya. Napasnya ngos- ngosan dan jantungnya berdetak dua kali lebih kencang. Beruntungnya, ada satu busway yang berhenti di depannya. Dengan cepat, Amanda langsung berlari menaikinya. Amanda mengatur napasnya yang terengah- engah. Kepalanya mendadak pusing, mengingat seseorang yang ia temui tadi. "Mbak, nggak papa?" tanya pria berkaca mata yang duduk di depannya. Posisi Amanda saat ini sedang berdiri di depan pria itu, sambil berpegangan pada handle grip. Sebagai balasan, Amanda hanya mengangguk seraya tersenyum manis. "Mau duduk?" tawar lelaki itu. Namun hanya dibalas dengan gelengan oleh Amanda. Dirinya masih kuat untuk berdiri. Meskipun kepalanya terasa semakin pusing. Dua puluh menit kemudian, Amanda sampai di halte yang dekat dari rumahnya. Amanda lantas turun, dan berjalan sedikit berlari menuju rumahnya yang terletak di dalam komplek perumahan. *** Keesokan harinya. Amanda beserta Panji, teman kerjanya. Mendapat tugas untuk memimpin acara launching produk baru makanan instan yakni Tteokbokki yang berasal dari Negara gingseng. Food World Company memang selalu up to date dengan makanan yang sedang hits pada era sekarang, dan Tteokbokki adalah salah satu makanan yang saat ini digemari oleh anak- anak muda, terutama para penggemar K-Pop dan K-Drama. "Amanda sudah siap? Siaran pers dimulai sepuluh menit lagi," ujar seorang wanita paruh baya yang menjabat sebagai Manager pemasaran. Amanda menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Sudah satu minggu ia Bekerja di Food World Company, dan ini adalah pertama kalinya ia menjalankan tugasnya sebagai Public relations. Tentu saja hati Amanda sangat berdebar-debar, karena ini adalah pengalaman pertamanya. "Deg- degan ya, Nda?" tanya Panji. Amanda mengangguk, "Ini pengalaman pertamaku, aku takut ada kesalahan," ucapnya. "Tenang aja. Ini bukan sidang skripsi," gurau Panji, membuat Amanda langsung tertawa kecil. "Emangnya setiap launching produk baru selalu diadain konferensi pers ya?" tanya Amanda. "Iya. Kamu tau sendiri, kan? Food World Company itu perusahaan yang sangat perfeksionis. Setiap launching produk baru, selalu diadain acara kayak ini. Makanya nggak heran, kalau semua produknya berhasil nembus pasar Internasional," jelas Panji. Tak lama kemudian, jajaran para petinggi perusahaan mulai memasuki ruangan pers dan menempati tempat duduknya masing-masing. Amanda dan Panji lantas berjalan menaiki panggung, kemudian menunduk untuk memberi hormat kepada para petinggi perusahaan. Sebentar lagi, acara akan segera dimulai. Hati Amanda semakin berdebar saat melihat kilatan lampu kamera yang sudah mulai menyala. Menyadari kegelisahan Amanda, Panji lantas menepuk pundak Amanda pelan, berusaha untuk menenangkan wanita itu. "Presiden Direktur belum hadir ya?" tanya seorang wanita paruh baya yang menjabat sebagai Marketing manager. "Presdir tidak bisa hadir. Anaknya sedang sakit," sahut sang CEO. Amanda dan Panji hanya menyimak obrolan mereka. Sangat disayangkan, Presiden Direktur tidak bisa hadir dalam acara ini. Padahal Amanda sangat penasaran dengan wajah sang Presdir yang selalu di puja-puja oleh teman- temannya. Arumi selalu mengatakan, bahwa ketampanan Presdir mengalahkan ketampanan artis- artis Korea. Wajahnya sempurna bak Dewa yunani, dan tubuhnya gagah bak atlet olahraga. *** Konferensi pers berjalan dengan lancar selama satu jam. Semua petinggi perusahaan sudah meninggalkan ruangan. Tersisa Amanda, Panji dan beberapa staff lainnya. "Mau makan di luar, Nda?" tawar Panji. "Di mana?" tanya Amanda. "Mie Aceh depan kantor," jawab Panji. Amanda mengangguk. "Boleh. Tapi aku telfon Arumi dulu ya. Dia juga belum makan soalnya," ucapnya. Selesai menelepon Arumi, Amanda dan Panji berjalan bersama keluar kantor menuju kedai mie Aceh untuk makan siang. Sedangkan Arumi dan masih menunggu Reyhan yang sedang pergi ke toilet. Mungkin lima menit lagi, mereka akan menyusul Amanda dan Panji di kedai mie Aceh. "Nasi goreng apa Mie, Nda?" tanya Panji. Saat ini, mereka berdua sudah berada di kedai mie Aceh yang sangat ramai pengunjung. "Mie aja." Jawab Amanda. "Pedes?" "Enggak. Aku punya Maag." "Yaudah. Kamu duduk aja, biar aku yang pesen." Tak lama kemudian, Arumi beserta kedua temannya datang menghampiri Amanda yang sedang duduk sendirian sembari bermain handphone. "Hallo Bro," sapa Reyhan seraya memukul meja dengan keras, membuat Amanda langsung tersentak kaget. "Astaga," gumam Amanda, seraya mengelus dadanya. "Kebiasaan banget. Buat anak orang kaget," kesal Arumi, seraya memukul lengan Reyhan dengan keras. Sedangkan Reyhan hanya cengengesan seraya menunjukkan tanda "Peace" di tangannya. "Udah pesen?" tanya Amanda. "Udah. Panji yang pesen," jawab Arumi. Setelah menunggu selama lima belas menit, akhirnya pesanan mereka datang. Namun ditengah-tengah mereka menikmati makanannya, tiba-tiba Amanda mendapat panggilan telepon dari sang Ibu tiri yang mengatakan bahwa ayahnya dilarikan ke rumah sakit akibat jatuh dari tangga. "Guys, aku ke rumah sakit dulu ya. Ayahku kecelakaan," ujar Amanda dengan wajah paniknya. "Ya Tuhan! Hati-hati ya Nda," sahut Arumi yang ikut panik. "Mau aku anterin nggak?" tawar Panji. "Nggak usah. Aku naik ojek aja," balas Amanda. Amanda berlari keluar kedai untuk mencari ojek. Pikirannya sudah kalut membayangkan keadaan Ayahnya sekarang. Meskipun ia jarang sekali bertemu dengan Ayahnya, namun Amanda masih menyayanginya. Ayah dan Ibunya memang sudah bercerai sejak ia masih berumur sepuluh tahun. Efek dari perceraian orang tuanya, Amanda tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang. Ia jarang bertemu Ayah dan Ibunya, karena ia lebih memilih ikut Kakek dan Neneknya. Dan semenjak Kakek dan Neneknya meninggal, Amanda memilih untuk tinggal di rumah sendiri. Sesampainya di rumah sakit, Amanda langsung berlari menuju ruangan di mana Ayahnya dirawat. Terlihat sang Ibu tiri sedang duduk di kursi dengan tangan yang terlipat di d**a. Menyadari kehadiran Amanda, wanita itu langsung berdiri dan menatap Amanda dengan tatapan yang begitu sengit. "Gimana keadaan Ayah, Tante?" tanya Amanda. Ia memang tidak mau memanggil wanita di depannya dengan sebutan Ibu. Rasa sakit dihatinya masih membekas, kala mengingat perselingkuhan Ayahnya dengan wanita ini. "Urus tuh, Ayah kamu! Nyusahin aja," Ketus wanita itu, membuat Amanda mengerutkan keningnya bingung. "Maksud Tante?" tanya Amanda. "Ayah kamu jatuh itu karena kecerobohan dia sendiri. Coba aja kalau dia nggak buru-buru turun tangga, pasti nggak bakal kayak gini. Kalau kayak gini, siapa juga yang repot? Saya kan? Mana biaya rumah sakit itu mahal, belum lagi tenaga saya yang harus jagain dia setiap hari. Untung saya masih punya hati. Kalau enggak? Udah saya tinggalin tuh Ayah kamu," cerocos wanita itu, menumpahkan segala kekesalannya. Amanda menghela napasnya pelan. Bukan saatnya ia beradu mulut dengan wanita itu. Ini masih di rumah sakit, dan Amanda tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, karena ia sangat menjunjung tinggi tata krama. "Tante, yang namanya musibah itu nggak ada yang tau! Kalau takdir bisa milih, pasti Ayah juga nggak mau jatuh dari tangga kok," balas Amanda, masih berusaha untuk sabar. "Halah, Pokoknya saya nggak mau tau! Urus tuh Ayah kamu. Sekalian bayarin semua biaya rumah sakitnya." Cukup. Kesabaran Amanda sudah habis. Ia akan membalas kata- kata kejam wanita di depannya ini. "Kenapa harus saya? Selama ini yang diurus dan dibiayain Ayah kan Tante sama Anak Tante. Kenapa pas udah sakit malah dikasih ke saya? Nggak bisa gitu dong. Selama ini, saya hidup tanpa nafkah dan kasih sayang orang tua, kalau Tante lupa," balas Amanda. Membuat wanita itu langsung terdiam. Semua yang diucapkan Amanda memanglah fakta. Jangankan mengurusnya, menafkahinya pun Ayahnya tidak pernah. Selama ini Amanda hidup dengan harta Kakek dan Neneknya. Karena kedua orang tua kandungnya sibuk dengan keluarga barunya masing-masing. Tak lama kemudian, wanita itu langsung pergi dari hadapan Amanda tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masa bodoh. Amanda tidak peduli. Berlama-lama dengan wanita gila seperti dia hanya akan membuat Amanda semakin emosi. Amanda mengintip Ayahnya dari jendela. Terlihat lelaki paruh baya yang sudah mulai menuai itu terbaring lemah diatas ranjang. Amanda merasa kasian, namun jika mengingat kejahatan-kejahatan yang Ayahnya lakukan, ingin sekali ia menghardik Ayahnya sekarang juga. Karena tidak mau mengganggu Ayahnya yang sedang tertidur pulas, Amanda memilih untuk menenangkan diri di kantin. Disaat ia sedang melamun sembari menikmati satu gelas es teh, tiba- tiba terdengar suara yang mengejutkan dirinya. "Amanda?" Amanda menoleh dengan tatapan terkejut. Tidak menyangka jika ia akan bertemu lagi dengan lelaki itu. "Pak Jeffrey?" gumam Amanda, dengan wajah yang masih terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN