Iya, Ezra tahu salah karena tidak membahas ini sejak awal. Dia pun bimbang antara keinginannya untuk segera punya anak seperti teman-temannya yang lain, atau menundanya dulu. Kalau menuruti egonya, tentu saja dia sangat ingin istrinya langsung hamil. Masalahnya, umur Hera masih terlalu muda. Lagi pula dia tidak mau nanti kehamilan akan mengganggu kuliahnya. Sampai saat akhir mereka menikah hari ini, Ezra masih dengan perang batinnya. Keluarga mertuanya sama sekali tidak ikut campur urusan ini. Dalam arti, kalaupun Hera langsung hamil pun mereka juga tidak keberatan. Tapi, justru Ezra yang ingin merencanakan semua demi kebaikan istrinya. Sayang, dia kurang komunikasi hingga berakhir dengan salah paham dan kemarahan Hera seperti ini. “Bukan nggak mau punya anak! Mau. Aku tentu saja juga me