63. Sinar matahari menembus tirai tipis, menerangi kamar yang berantakan. Pakaian mereka berserakan di lantai, botol wine kosong tergeletak di meja. Devan terbangun dengan kepala yang berat, menyadari Ana masih tertidur di sampingnya. Ia menatap langit-langit, pikirannya perlahan kembali. Gambaran wajah Eve muncul di benaknya, membuat dadanya terasa sesak. “Apa yang sudah aku lakukan?” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Ana menggeliat, membuka matanya perlahan. Ia tersenyum lemah, lalu menyentuh d**a Devan. “Pagi, sayang,” ucapnya dengan nada lembut. Devan hanya mengangguk, mencoba menyembunyikan perasaan bersalah yang mulai menyelimuti dirinya. "Masih memikirkan dia?" tanya Ana tiba-tiba, matanya menatap tajam. Devan menghela napas, mencoba menghindari pertanyaan itu. "Ak