“Masih sanggup bertahan?” ledek Alex yang masih berdiri tegak dengan dua belati di tangan. Jennifer mengerang pelan. Darah menetes dari pinggangnya, sakit luar biasa. “Ternyata kamu tidak bisa diremehkan,” lirihnya sambil meludah ke tepi arena. “Tentu saja. Kelebihanku adalah kamu tidak tahu apa yang bisa kulakukan. Tapi aku tahu semua keahlianmu.” Alex terkekeh pelan. Matanya menyapu tribun yang dipenuhi anggota keluarga Sumiyoshi. Kemenangannya jelas di depan mata. Dengan sisa-sisa tenaga, Jennifer melentingkan tubuhnya ke depan, menebaskan pedangnya ke arah Alex dengan beringas. Alex menyeringai dan menyambut pedang Jennifer dengan dua belati di tangannya. Bunyi logam beradu memekakakkan telinga. “Staminamu lumayan juga,” ucap Alex di tengah-tengah pertarungan. “Jangan remehkan ak