Di tengah malam yang begitu dingin, Nadin menuntun putrinya sambil membawa tas-tas mereka keluar dari rumah yang sudah sembilan tahun menjadi tempatnya bernaung. Sambil menoleh sesekali, Nadin tidak melihat yang seharusnya mencoba mengejarnya dan Dinda. "Mama kenapa?" tanya Dinda mendengar suara isakan ibunya. Nadin menyeka air mata yang keluar secara tiba-tiba, ia menggeleng untuk menenangkan sang putri, "Mama enggak pa-pa, kok." Bibir Dinda mengerucut, tau bahwa ibunya berbohong pada padanya. Dinda menatap Nadin lagi lalu kembali berkata, "Mama sama papa berantem, ya?" "Enggak kok, Sayang." "Terus kenapa teriak-teriak?" Dinda menundukkan kepalanya, berkata dengan lirih pada sang ibu, "Dinda enggak mau Mama sama papa cerai, Dinda enggak mau Mama sama papa pisah, Dinda pengen sama dua