Nadin pulang kerumah dengan keadaan linglung. Memikirkan apa yang Anisa katakan dan memikirkan apa sebenarnya hubungan antara Tama dan Yunita. Nadin harap bahwa semuanya hanyalah kebohongan Anisa yang selalu menyuruhnya untuk bercerai dengan Tama. Nadin mendudukkan dirinya di atas sofa, kepalanya pusing, membuat ia menghela nafas berkali-kali. "Mama, Dinda pulang!" Suara teriakan Dinda terdengar, membuat Nadin bangkit dari duduknya, menyambut kedatangan sang putri. "Anak Mama udah pulang." Nadin mencium pipi kanan dan kiri Dinda. "Hehe, Mah, Dinda dapet seratus dari ibu guru! Ibu guru bilang Dinda pinter!" Dinda tertawa, menunjukan selembar kertas pada Nadin. "Selamat, Sayang. Pinter banget kamu." Nadin mengelus pucuk kepala putrinya. "Mau makan dulu atau mau mandi dulu?" tanya Nadin.