"Sayang, sebelum aku kasih nafkah lahir ke kamu, boleh enggak kalau aku ngasih nafkah batin ke kamu?" tanya Edgara dengan senyuman di wajah tampan nan polosnya. "Apa?" pekik Carisa melepaskan pelukannya. "Sekarang? Di sini? Bapak yakin?" "Iya, Sayanh." Edgara mengangguk. "Aku pengen banget gara-gara liat kamu nangis." "Kok bisa gitu sih?" Carisa mengerucutkan bibirnya. "Emangnya kenapa kalau aku nangis?" "Kamu kalau nangis keliatan makin cantik dan ngegemesin." Edgara mencubit pipi Carisa dengan gemas. "Makanya aku jadi pengen banget kasih nafkah batin ke kamu." "Tapi kalau ketahuan gimana? Bapak inget kan apa pesan Pak Septian kemarin? Soal yang kita enggak boleh main lagi di ruangan ini." Carisa memukul pelan d**a Edgara. "Tahan lah, Pak! Kita kan bisa main nanti sepuasnya pas di