d**a Anin mulai bergemuruh dengan kata-kata Mirna itu. Dia tahu apa yang dimaksud oleh Mirna, meskipun tidak terlalu kaget lagi, tapi tetap saja kata-kata itu sedikit memancing emosinya. Karena bagaimanapun, Faris saat ini adalah miliknya. Egonya sebagai seorang wanita terusik dengan kata-kata Mirna barusan. “Harus ku akui Nin, dulu aku terpaksa meninggalkan Faris karena sebuah alasan. Alasannya kompleks, tapi intinya, saat itu Faris belum kerja, sedangkan aku sudah dalam kondisi hamil.” “Apa???” Sontak Anin terkejut mendengar ucapan Mirna. “Ya. Saat itu aku dalam kondisi hamil. Faris belum bekerja, sedangkan disaat yang bersamaan ada seorang lelaki yang dekat denganku, dia sudah mapan dan mau untuk menikahiku, tanpa peduli janin siapa yang sedang ku kandung waktu itu.” Anin terdiam, t