“Silakan tutup pintu itu dari luar,” ucapku sinis sambil menunjuk pintu. Aku bahkan tidak mau repot-repot menanyakan tujuannya datang ke sini. “Duduk dulu, Dara. Aku mau bicara.” “Bicara, bicara, bicara. Dari dulu selalu bilang mau bicara. Kenapa kamu nggak pernah bosan menggangguku?” “Aku cuma pengen ketemu Elsa.” “Aku punya hak buat melarang. Tolong pergi atau aku teriak kalau kamu maling!” “Memangnya kamu tega sama aku? Aku tahu sebenarnya kamu masih ada perasaan cinta, kan? Sayangnya aku udah bahagia, jadi maaf untuk ini.” Sebuah tamparan keras kulayangkan ke pipi kanannya. Rian memekik kesakitan, tapi meskipun ia kesakitan, aku tidak menyesal melakukannya terlebih Rian memang layak ditampar. Rian pikir aku masih ada perasaan padanya? Mimpinya sungguh terlalu tinggi. Justru tak a