“Apa ini isi kotak tadi?” tanya Linz curiga. “Hm.” Zea mengangguk mengiakan. “Aku penasaran," gumam Linz. “Jadi dia mengirimkan hadiah lalu mengajakmu bertemu?” “Begitulah.” Zea menjawab cepat agar bisa segera berlalu dari sana. Linz memicingkan mata sebelum melanjutkan pertanyaannya. “Dia menulis surat berisi tempat pertemuan kalian, begitu?” “Hm.” Kembali Zea mengangguk. “Hidup di zaman apa orang itu!” seru Linz tidak percaya. “Maksudmu?” “Kenapa untuk bertemu saja harus mengirim surat? Apa dia tidak punya ponsel?” “Aku tidak tahu. Tapi sepertinya punya.” Selama mengenal Aaron, Zea tidak pernah memikirkan hal itu apalagi menanyakannya. Linz terbelalak. “Kalian tidak saling bertukar nomor?” “Tidak.” “Astaga! Manusia-manusia aneh!” Linz mengerang heran. Zea menatap tidak pedu