"Kenapa, Mas?" Jasmine heran. Begitu masuk kamar, pria tiga puluh dua tahun yang telah jadi suaminya itu memeluk dari belakang, gelendotan, dengan dagu bertumpu di bahu Jasmine. "Pengin meluk kamu aja," katanya, dengan vokal rendah dan ramah di telinga. Jasmine pun berakhir di sofa. Zulkidin masih mendekapnya. "Pasti gara-gara ceritaku tadi siang, ya?" tebak Jasmine. Tidak lama, Zul mengangguk. "Kebayang beratnya jadi kamu. Kalau Mas di posisimu, sih, udah ngamuk dan yang paling pasti udah nonjok papa." Jasmine terkekeh. "Aku juga ngamuk, kok. Waktu pertama tahu, aku marah. Cuma nggak sampe heboh aja. Marahnya dikhususkan ke papa dan di rumah cewek simpanannya. Mereka kaget banget, lho, pas itu. Apalagi selama ini aku sering diajak main sama Arsa nemuin ibunya, kami akrab. Eh, terny