Kana melangkah perlahan mengikuti suaminya keluar dari lift. Melihat Kana berjalan melambat, Jiyo menghentikan langkahnya dan mengambil lengan istrinya untuk membantunya berjalan. Perut Kana yang semakin membesar dan sudah dekat dengan waktu melahirkan membuat Iangkahnya menjadi lebih lambat. “Mas, aku malu … aku gendut banget! Kaya orang yang mau meledak,” keluh Kana ketika melihat pantulan tubuhnya dari kaca. “Kamu tetap cantik sayang, lebih cantik dari saat kita bertemu pertama kali,” bisik Jiyo mesra dan tak ragu mencium pipi sang istri yang tengah tak percaya diri. Hari ini rencana mereka akan check up ke dokter untuk memeriksakan kandungan Kana. Entah mengapa hari ini Jiyo sedang tak ingin berpisah dari istrinya sehingga ia mengajak Kana untuk ikut ke kantor sebentar sebelum me

