Hanny selaku suster yang telah menukar Xinxin dan Nanay, sangat berduka di sisi nisan yang tanahnya masih basah berselimut kelopak bunga mawar merah. Hanny sungguh tak menyangka, jika pengobatan terbaik yang ia berikan untuk anaknya justru berakhir dengan mala petaka. Anaknya justru meregang nyawa setelah Hanny susah payah mendapatkan biaya untuk pengobatannya. Mengenakan setelan hitam berikut kerudung yang menutup asal kepalanya, Hanny terjaga seorang diri sembari mendekap nisan yang tak akan lagi memberinya balasan. Sungguh tak ada lagi canda tawa atau rengekan manja dari anaknya. Sunyi sesunyi-sunyinya karena semuanya sungguh sudah berakhir. Semuanya sungguh instan di mana Tuhan membayar lunas kejahatan Hanny dengan kematian.
“Apa yang harus aku lakukan? Aku takut … setelah ini, Tuhan
