Zee memberitahu papanya, mengirim pesan saat sebelum boarding tadi. Sang papa katanya akan menjemput. Terlahir sebagai anak tunggal, papanya Zee begitu memanjakan sang anak meski anaknya itu sudah beranjak dewasa. Memberikan kebebasan kepada Zee, tapi tetap mengawasi pergerakan anaknya itu. Bukannya tak percaya, hanya ingin memastikan kondisi sang anak. Selama kuliah juga, papanya kadang mengantar jemput jika Zee tak membawa kendaraan. Sesayang dan sepeduli itu papanya, begitu pun dengan mamanya. Hanya saja, mamanya sering wanti-wanti perihal memilih pasangan. Zee tumbuu dengan berjuta-juta kasih sayang dari kedua orang tuanya. Zee menabrak bahunya Rafli, ingin keluar cepat dari menuju pintu kedatangan. Dia tetap melangkah maju, tanpa embel-embel minta maaf. "Woy, kalau jalan tuh... "