Aku masih tak banyak bicara kepada Kak Azka hingga keesokan harinya. Sekalinya berbicara, hanya seperlunya saja. Biarkan saja dia terlihat nelangsa begitu, siapa suruh mengambil keputusan yang berhubungan denganku tanpa berbicara sebelumnya denganku? Biar... biar dia bisa memetik pelajaran dari kejadian yang telah berlalu. Aku tentu saja memaafkannya, akan tetapi sengaja bersikap dingin kepadanya. "Aku barusan mau bayar, katanya udah dibayar semua biaya atas nama kamu?" tanya Kak Azka saat baru saja dari luar. Kami akan pulang ke rumah sebentar lagi. Kak Azka tak ke kantor, akan tetapi dari tadi aku melihatnya koordinasi menelepon beberapa orang dan juga tampak sibuk dengan layar ipad di tangannya sambil memijit keningnya sesekali. Aku memintanya untuk meninggalkanku saja sendirian, tapi