Tiffany terkejut melihat Dewa yang berkeringat serta bernapas naik-turun. "Mas, nggak apa-apa?" Dewa menyentuh dadanya pelan. Ia lantas menggeleng. "Nggak ... aku cuma ... ketiduran dan mimpi." "Oh, aku kira kenapa," sahut Tiffany. Ia berdehem pelan lalu mendekati meja. Ia menuangkan air ke gelas dan mengulurkannya ke Dewa. "Minum dulu." Dewa mengangguk. Kedua matanya masih menatap Tiffany yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk di ranjang. Ia menyesap air itu dan mulai merasa lebih tenang. Itu hanya mimpi. Tentu saja, Dewa masih sering memimpikan Mega. Namun sebelumnya Mega hanya seperti bayang-bayang samar. Baru kali ini, ia melihat sosok yang hampir seperti nyata di mimpinya. "Mas mimpi buruk?" tanya Tiffany. Dewa menggeleng lagi. "Bukan. Bukan apa-apa." Dewa menghabiskan air m