Sembilan

997 Kata
Pada malam harinya telah tiba, Nella baru saja selesai mandi memakai baju tidur bergambar beruang. Keluar dari kamarnya berpapasan dengan Edy juga baru selesai mandi dengan kaos oblong abu-abu serta celana panjang jogger training. Tetap ganteng deh untuk Nella, tatapannya saja tidak bisa lepas dari tubuh atletik nya. Pantasan saja Nella terus mengincar Edy. “Om, ganteng banget, deh. Nggak sia-sia Lala cinta sama, Om. Sudah fix, Nella ingin hamil dari Om! Mau ya, Om! Kalau nggak nikah kilat saja.” Mulai bereaksi si Nella, Edy tidak merespons milih segera turun ke bawah ikut bergabung makan bersama. Nella mengekori Edy dari belakang, masih mengoceh soal hamil. Edy beneran ingin menyumpal mulutnya itu. “Om, mau, ya! Kalau nggak langsung nikah, deh!” Luna dan Alex tengah meletakkan sayuran baru saja matang, terdengar suara Nella memohon sama Edy yang berjalan menuju meja makan. “Ada apa, Nella?” tanya Alex. “Nella Cuma minta sama Om Edy, ham—“ Edy langsung membungkam mulut Nella seketika. Edy terpaksa membawa Nella jauh dari Alex dan Luna. Sangat berbahaya kalau cewek barbar ini sampai mengatakan untuk minta dihamili. Dia benar sudah habis ide agar cewek ini tidak bertindak aneh-aneh. Merasa aman tidak ada yang mengikuti mereka berdua, Edy merasa geli pada telapak tangannya. Dilirik Nella malah m******t tangan yang terasa wangi sabun lux. Edy melepas bungkaman itu, di bersihkan tangan dari jilatan menjijikkan itu. “Lah, kok dilepas. Kan, Lala masih menikmati wanginya tangan, Om,” celetuk Nella. Edy mendengus kesal dan menatap tajam arah cewek barbar ini. “Sekarang mau kamu, itu apa?” tanya Edy serius. Nella mengerjap-ngerjap diam memikirkan maunya apa.  “Ya, masih sama, hamili Nella!” jawabnya. “Kalau aku menolak!” “Kalau, Om, menolak. Tetap Nella kejar sampai dapat. Kan, cinta Nella hanya untuk Om! Pandangan pertama, cinta pertama,” katanya langsung balas menatap kedua bola mata hitam milik Edy. Edy mengernyit alis, baru kali ini ada cewek barbar nyatain cinta sejujurnya. Ini hanya permainan remaja atau bagaimana sih. “Kamu tahu, resiko kalau berhubungan?” Kini Edy serius dengan pertanyaan. “Tahu!” jawab cepat si Nella. “Kamu sudah yakin? Tidak akan menyesal?” “Yakin banget, seribu kali gue tidak akan menyesal,” balas menatapnya. Edy bisa melihat kedua bola mata cewek barbar ini, dia hanya mengetes apakah benar dia ingin hamil darinya. Edy bukan sembarangan melakukan hubungan. Ini permintaan aneh yang tidak pernah diduga. Takut akan dia akan menyesal jika sudah berhubungan nanti. “Kalau begitu, tunggu Om pulang. Aku tanya sekali lagi, kamu tidak menyesal?” Edy benar sudah gila, kenapa harus mau sih. Ini adik istri sepupunya. “Yakin banget, Lala sudah kasih tahu sebelumnya. Kalau benar hamil, soal rumah tangga dan cinta, Nella yang tanggung sendiri. Om, tenang saja,” jawabnya benar sangat yakin. “Masuk, mereka sudah menunggu.” Nella langsung mengapit lengan Edy, perasaan dia tidak minta dipeluk deh. Edy tidak punya pilihan, semakin aneh saja. Saat di meja makan, Luna dan Alex merasa aneh sama dua pasangan ini. “Kak, Lala mau kasih  kabar gembira.” Nella bersuara. Edy diam menikmati makan malam di depannya.  “Apa itu?” tanya Luna. “Besok, Lala mau kawin sama Om Edy! Iya, kan, Om!” jawab Nella keceplosan, bahkan ketiga manusia dewasa tengah menikmati makanan enak di meja terpaku diam-kaku dan bengong. Edy apalagi tidak bisa berkata-kata, sudah skakmat hidupnya sudah hancur. Alex melirik tajam arah Edy, dan Luna bisa memejamkan mata lalu membuka kembali. “Nella, kakak tahu kamu ingin sekali menikah, tapi, tidak dengan cara mengatakan seperti itu. Usia kamu masih muda, masa depan kamu juga masih panjang. Bukan kakak, maksud melarang kamu, hanya saja ....” “Nella sudah gede, kak. Nella sudah mandiri, kok! Pokoknya Nella ingin hamil dari Om Edy, titik!” sergah Nella berdiri dari tempat duduk meninggalkan meja makan tanpa melanjutkan sajian makan malam. Alex bangkit dari duduknya dan berkata, “Bang, aku ingin bicara sebentar.” Edy dapat masalah besar, benar besar banget. Seumur hidup tidak pernah alami masalah seperti ini. Luna masuk ke kamar Nella, dia berbaring tubuh membelakangi kakaknya. Luna tahun banget keinginan terbesar adiknya. Makanya ia juga tidak bisa memaksa kehendak impian itu. Hanya saja salah memilih jalan. Edy dan Nella jangan jauh usianya. Selayak Paman dan Ponakan. “Nella, kamu marah sama kakak?” Luna bersuara pelan. “Pokoknya Nella ingin hamil dari Om Edy!” tetap kekeh Nella dengan keputusannya. Luna menarik napas panjang – panjang dan mendekati adiknya itu. “Kakak tahu, apa kamu sudah yakin?” Luna bertanya, Nella menoleh dan mengangguk. “Kenapa kamu ingin hamil dari Om Edy? Alasannya apa? Kamu tahu hamil itu bukan main-main seperti pernikahan. Setelah kamu hamil, resiko terbesar ada pada dirimu,” kata Luna menjelaskan dan memberi nasihat kepada adiknya. Nella bangun dari tidurnya menghapus air matanya, dan menatap lekat wajah kakaknya yang cantik itu. “Lala tahu, makanya Lala ingin merasakannya perjuangan seperti Mama lahiri Lala dan kakak.” Ungkapnya. Luna hanya bisa memeluk adiknya, apalagi yang mau dia katakan kepada adiknya. Kalau memang dia menginginkan itu. Sedangkan di ruangan kerja Alex, Edy duduk di sofa, Alex tengah berdiri sambil memikirkan cara yang tepat untuk sepupunya. “Abang sudah yakin akan lakukan itu pada Nella?” pertanyaan pertama dari Alex. “Entahlah,” jawabnya pusing dengan keadaan. “Jika, tidak yakin, kenapa harus mengiyakan?” “Dia terus mendesakku,” jawabnya frustasi Alex mencari cara namun ia sendiri juga setuju jika Nella hamil dari Edy. Satu cara adalah Nella kuncinya, agar Edy bisa move on dari Jessica. “Tidak salahnya dicoba, menurutku Abang dan Nella cocok. Nella, memang cewek labil, tapi, tidak salahnya mencoba mencintai cewek remaja.” Senyum Alex membuat Edy semakin takut saja. Permintaan aneh yang tidak bedanya dari cewek barbar. Kenapa kehidupan Edy harus didatangi oleh para manusia aneh. Tidak cewek barbar apalagi sekarang adik sepupunya. Beneran Edy bakalan bentur kepala di dinding. Dia mengira Alex akan memarahinya telah mengambil keputusan yang salah. Lenyapkan aku, Tuhan!~ teriak Edy dalam hati. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN