Jemari Hamish masih terus bergerak, menemukan beberapa foto. Diambil Aric secara diam-diam maupun saat perjalanan mereka selama di sana. Hamish menarik napas lebih dalam sembari menegakkan duduknya, ia menatap Aric. Tidak mengatakan apa pun selain menepuk bahunya. “Sulit bukan?” Aric tidak menjawabnya. Membuat ingatannya terlempar pada hari di mana dirinya harus meninggalkan kota tempat Vanya berada. Mendekap kekalahannya. Bahkan sampai setiap detik terakhirnya, Aric berharap Vanya menemuinya. Aric tahu jika Hamish mengirimkan Vanya pesan. Memberitahu jadwal mereka. Aric terduduk di salah satu kursi tunggu dengan mata yang tak berhenti menatap ke arah orang-orang masuk. Lalu berita panggilan terhadap penumpang penerbangan selanjutnya, pesawat mereka terdengar. Berulang kali hat