Kembali ke malam itu… Vanya masih saja terus menoleh pada gedung apartemen sekali pun sudah dalam taksi, perasaannya resah harus meninggalkan Aric dan menguncinya. Teriakan Aric yang terus memanggil dari dalam kamar serta memohon untuk mengurungkan apa pun itu niatnya malam ini, terus terdengar menciptakan keraguan. Ia meraup oksigen sebanyak-banyaknya, akhirnya benar-benar menjauh dari gedung apartemen. Kemudian tangannya merogoh ponsel dari tasnya, mencari nomor Hamish. Satu lagi harus ia selesaikan. Ponsel menempel dengan telinga, Vanya menyiapkan kalimat yang akan diucapkan begitu Hamish menjawabnya. Butuh beberapa kali mendengar nada tunggu sampai suara Hamish akhirnya terdengar, “Hallo.” “Hamish..” “Ya, Vanya?” “Kamu masih di hotel, kan?” “Iya, aku sedang menunggu kal