"Kamu kenapa sih?" Mas Regan mengikutiku dari belakang. Tasku kuletakan sembarangan, aku duduk di dekat meja dengan wajah di tekut. "Dav, kamu kenapa?" tuntutnya. Mulutku berdecak. Apa dia enggak lihat, orang lagi kesel masih aja ditanyain. "Dav?" "Apa sih, Mas!" jawabku ngegas. "Ya kamu yang kenapa?!" bentaknya. Sontak aku kaget, Mas Regan kok malah ngebentak gitu. "Kamu kenapa? Kalau ada masalah cerita bukannya marah enggak jelas kayak gitu. Kamu marah karena aku suruh pake hijab?" tukasnya dingin. Ya memang sih obrolanku sama dia tadi cuma sampai situ. Wajar aja kalau dia curiga aku marah karena hijab. Itu juga bener, tapi bukan itu perkaranya dan aku juga enggak bisa bilang apa yang aku lihat di restoran tadi itulah penyebabnya. Pak Abrisam sukses, dia sukses ngebuat aku