Sejak terbangun dari tidurnya siang itu, Merry benar-benar tidak bisa mendapatkan ketenangan barang terkejam pun. Pikirannya terus saja tertuju ke mimpi itu, terlebih lagi setelah itu Zaky beberapa kali tidak menerima panggilan telepon darinya, bahkan sekarang nomor ponsel Zaky juga tidak bisa dihubungi. Hanya operator yang terus saja menjawab panggilan telepon Merry dan hal itu justru menambah kecemasan di hati Merry. Dia tidak ingin berprasangka buruk hanya karena mimpi itu, akan tetapi logikanya terus saja tertuju ke adegan itu. Dia tetap ingin mempercayai segala ucapan Zaky , bahwasanya , Zaky tidak akan pernah mengecewakan Merry, tidak akan pernah menduakan Merry, dan hanya akan menjadikan Merry satu-satunya istri dan wanita yang berhak atas dirinya. Namun kini nuraninya sebagai se

